Sebelum Menikah, Pastikan Dulu Hal ini Agar tak Menyesal

Menikah membutuhkan alasan yang kuat serta berasal dari keinginan sendiri.

www.rawpixel.com
Pasangan suami istri (ilustrasi). Ada beberapa yang perlu diperhatikan agar tak menyesal menikah.
Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu pendiri dan psikolog klinis dewasa di Rumah Dandelion Nadya Pramesrani menekankan bahwa pernikahan membuat orang harus siap mengambil keputusan. Dalam beberapa kasus yang sering dia tangani, usia yang terlalu muda atau usia pacaran yang terlalu singkat bisa membuat keputusan untuk menikahnya menjadi tidak kuat.

Baca Juga


“Keputusan menikah yang nggak kuat ini karena apa? Karena misalnya, ‘Oh yang lain sudah pada nikah, ya sudah ikutan juga’. ‘Kayaknya seru nikah, punya rumah sendiri, tinggal sendiri, bisa atur-atur sendiri’,” kata Nadya kepada Republika.co.id, Jumat (14/7/2023).

Menikah juga sering dianggap sebagai jalan keluar atas masalah keluarga. Padahal, menikah adalah pertarungan dan tantangan lain yang perlu pasangan atasi. Hal itu yang mungkin membuat seseorang menjadi rentan ketika ada masalah kemudian dalam rumah tangga.

“Cukup sering kalau di kasus-kasus yang aku temui gitu ya, orang-orang yang mengambil keputusan menikah itu ingin kabur dari sesuatu, atau karena kayak-nya lucu, seru, kayak-nya, kayak-nya, kayak-nya. Ketika sudah menikah, komentar yang cukup sering keluar dari mulut mereka adalah, ‘Aku enggak ngebayangin ternyata menikah seperti ini’,” ujar Nadya.

Nadya mengatakan, menikah membutuhkan alasan yang kuat, serta berasal dari keinginan sendiri dan tujuan pribadi. Hal itu bisa membuat orang tidak memiliki alasan untuk meninggalkan atau kabur dari pasangannya.

“Keputusan menikah memang datang atas diri sendiri, bukan paksaan, disuruh, atau apa-apa. Karena memang datang sendiri keinginan menikah berarti memang mau. Kalau memang mau, masak kabur,” kata Nadya.

Dalam beberapa kasus yang sering dia temui, ada banyak calon pengantin yang memiliki pemikiran ragu sebelum menikah, mereka enggan melanjutkan pernikahan. Sering kali, orang tua, atau orang di sekitarnya memberikan respons penolakan bahwa hal itu hanya pemikiran si calon pengantin saja. Padahal, pemikiran seperti itu bisa menjadi red flag pengantin kabur.

“Kalau memang tanda-tanda itu sudah ada, jangan di-dismiss. Ada baiknya orang sekitar memabntu memfasilitasi tentang apa yang membuat mereka (calon pengantin) khawatir? Bagaimana isu itu bisa diselesaikan,” ujar Nadya.

Nadya mengatakan, banyaknya kasus KDRT hingga perselingkungan bisa membuat orang takut menikah. Meskipun bukan dialami sendiri, seseorang bisa menjadi takut ketika melihat kasus tersebut terjadi di lingkungan sekitarnya.

“Itu part dari pembelajaran sosial yang memang juga bisa mempengaruhi keputusan kita,” kata Nadya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler