Vaksin untuk Kucing, Penting Nggak Sih?
Pencinta kucing diminta memvaksinasi kucingnya agar terlindungi dari penyakit fatal.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus kematian puluhan kucing di daerah Sunter, Jakarta Utara, memicu kekhawatiran di antara para pencinta kucing. Salah satu cara terbaik untuk menjaga kesehatan kucing adalah dengan memastikan mereka menerima semua vaksinasi yang direkomendasikan.
Seorang profesor klinis di Texas A&M School of Veterinary Medicine & Biomedical Sciences, Lori Teller, mendorong para pemilik untuk memvaksinasi anak kucing dan kucing mereka agar terlindungi dari penyakit-penyakit yang bisa berakibat fatal.
"Anak kucing harus mulai mengunjungi dokter hewan saat berusia 6-8 minggu, di mana vaksinasi akan diberikan secara bertahap hingga mereka berusia 16-20 minggu. Di sisi lain, kucing yang diadopsi sebagai kucing dewasa harus mengunjungi dokter hewan dan menerima vaksinasi sesegera mungkin," kata Teller seperti dilansir Texas A&M Today, Selasa (18/7/2023).
Beberapa penyakit yang menjadi ancaman bagi kucing antara lain panleukopenia yaitu penyakit menular yang oleh parvovirus. Ada juga rhinotracheitis yaitu infeksi yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas. Jika seekor kucing terkena panleukopenia, semua sel darah putihnya akan lumpuh sehingga tidak dapat melawan infeksi lain. Penyakit ini sering kali menyebabkan kematian.
“Selain itu, sekali kucing terkena rhinotracheitis, umumnya akan menjadi membawa penyakit ini seumur hidup dan dapat mengalami kambuhnya masalah pernapasan ketika mereka stres atau ketika sistem kekebalan tubuh menurun,” kata Teller.
Menurut Teller, ada vaksin kombinasi yang dapat melindungi kucing dari panleukopenia, rhinotracheitis, serta ulkus atau luka yang berkembang di mulut dan lidah kucing. Selain itu, kucing yang keluar rumah harus di vaksinasi untuk mencegah leukemia kucing, virus yang sangat menular dan mudah menyebar di antara kucing.
Leukemia kucing paling sering menyebar melalui air liur dan cairan hidung, sehingga kucing yang berbagi tempat makan dan minum, saling mengelus, atau saling menggigit saat berkelahi dapat menyebarkan virus ini. "Virus ini dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh tertekan dan membuat kucing rentan terhadap infeksi lain, serta kanker, yang semuanya berpotensi berakibat fatal,” kataTeller.
Vaksin yang dibutuhkan kucing biasanya tergantung pada status kesehatan, usia, gaya hidup, dan penyakit apa yang umum terjadi di suatu daerah. Dokter hewan adalah orang yang paling tepat untuk mengevaluasi kebutuhan vaksinasi dan seberapa sering vaksin tersebut harus diberikan untuk melindungi kucing.
Ada juga vaksin yang dibutuhkan kucing terlepas dari gaya hidup mereka, seperti rabies. Teller mengatakan bahwa rabies, yang hampir selalu berakibat fatal, dapat ditularkan ke kucing oleh satwa liar, termasuk kelelawar, anjing hutan, rakun, dan sigung.
Selain vaksinasi, Teller menyarankan agar pemilik melindungi kucing mereka dari penyakit yang disebarkan oleh nyamuk dan kutu. "Memelihara hewan peliharaan dengan melakukan pencegahan sepanjang tahun akan membunuh kutu dan caplak serta mencegah perkembangan penyakit heartworm dan parasit usus, yang dapat menular ke manusia," kata Teller.
Setelah vaksinasi, kucing mungkin mengalami reaksi ringan dan berlangsung singkat (malaise), seperti tidak nafsu makan, lesu, dan demam yang akan sembuh tanpa pengobatan. Jarang terjadi reaksi alergi yang lebih serius dan dapat berupa muntah, diare, pembengkakan pada wajah, kesulitan bernapas, atau sarkoma pada tempat suntikan.
“Bagaimanapun vaksinasi akan melindungi hewan peliharaan kita dari berbagai penyakit yang dapat menyebabkan penyakit atau kematian yang signifikan,” kata Teller.