Zelenskyy Sarankan Kesepakatan Biji-bijian Tetap Berjalan Tanpa Rusia
Rusia memutuskan tidak memperpanjang kesepakatan biji-bijian Laut Hitam.
REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Selasa (18/7/2023) mengatakan, dia telah membahas dimulainya kembali kesepakatan biji-bijian Laut Hitam dengan pejabat tinggi PBB. Langkah ini diambil sehari setelah Rusia memutuskan untuk tidak memperpanjang kesepakatan itu.
Dalam sebuah pernyataan di Telegram, Zelenskyy mengatakan, dia dan Sekretaris Jenderal Antonio Guterres setuj untuk melanjutkan kesepakatan biji-bijian kendati tanpa Rusia. Langkah ini diambil untuk memastikan keamanan pangan global.
"Inisiatif Biji-bijian Laut Hitam harus dilestarikan. Kami setuju dengan Guterres untuk bekerja sama dengan negara-negara yang bertanggung jawab untuk memulihkan ketahanan pangan dan pasokan pangan melalui jalur Laut Hitam," kata Zelenskyy, dilaporkan Anadolu Agency.
Sebelumnya Zelenskyy mengatakan kepada Guterres dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan agar mereka melanjutkan kesepakatan biji-bijian, atau mekanisme yang setara, dalam format trilateral tanpa partisipasi Rusia. Pada Juli tahun lalu, Turki, PBB, Rusia, dan Ukraina menandatangani perjanjian di untuk melanjutkan ekspor biji-bijian dari tiga pelabuhan Laut Hitam. Sejak itu kesepakatan tersebut telah diperbarui beberapa kali, dan diperpanjang selama dua bulan lagi pada 18 Mei.
Di bawah kesepakatan biji-bijian, Pusat Koordinasi Bersama didirikan di Istanbul. Pusat koordinasi itu digawangi oleh pejabat dari Rusia, Turki, Ukraina, dan PBB untuk mengawasi pengiriman. Pada Senin (17/7/2023) Kremlin menangguhkan kesepakatan itu. Kremlin menegaskan bahwa sebagian besar biji-bijian yang diekspor di bawah skema itu dikirim tidak dikirim daerah-daerah yang kekurangan pangan di Afrika, melainkan dikirim ke Uni Eropa. Selain itu, beberapa bagian dari perjanjian yang berkaitan dengan kepentingan Rusia tidak dilaksanakan.
Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat (AS), Anatoly Antonov mengatakan, keputusan Rusia untuk menangguhkan kesepakatan biji-bijian sangat memadai. Menanggapi tuduhan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bahwa Rusia menahan makanan untuk orang-orang yang kelaparan dan berkontribusi pada kenaikan harga pangan, Antonov mendesak Washington untuk berhenti memimpin seluruh dunia.
Antonov menekankan, Moskow siap untuk mempertimbangkan memulihkan perjanjian hanya jika kesepakatan itu berjalan secara efektif. Antonov juga mempertanyakan peran yang dilakukan oleh pemerintah AS untuk memastikan implementasi yang efektif dari Black Sea Grain Initiative.
"Washington tidak mengangkat satu jari pun untuk menghilangkan distorsi yang diciptakannya dalam perjanjian pertanian. Pada saat yang sama, dia mengubah Inisiatif Laut Hitam (Biji-bijian), yang awalnya disusun sebagai inisiatif kemanusiaan, menjadi proyek komersial untuk memperkaya pertanian Barat. Selama hampir setahun, produk pertanian tidak dikirim ke negara yang membutuhkan, tetapi ke negara yang cukup pangan," ujar Antonov.