Pakar Ungkap Dahsyatnya Efek Kecanduan Game

Orang tua perlu mengawasi ketat anak-anak yang bermain game.

ANTARA/Jessica Helena Wuysang
Anak mengakses ponsel. Orang tua perlu mengawasi ketat anak-anak yang bermain game agar tidak kecanduan.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bermain gim merupakan hiburan menyenangkan di waktu senggang. Sayangnya, itu juga bisa memicu obsesi dan reaksi berlebihan. Pakar menyoroti efek dahsyat kecanduan gim, sampai ada yang lebih memilih mati daripada tidak bermain gim.

Baca Juga


Dikutip dari laman Financial Express, Selasa (18/7/2023), sebuah klinik bernama National Center for Gaming Disorders didirikan pada Oktober 2019 di Inggris. Hadirnya fasilitas kesehatan itu bertujuan untuk membantu mengatasi kecanduan video game.

Awalnya, klinik menargetkan membantu 50 orang per tahun, namun kini telah menerima lebih dari 850 rujukan. Direktur National Center for Gaming Disorders, profesor Henrietta Bowden-Jones, menyoroti gangguan akibat gim banyak dialami kalangan dewasa muda.

Bowden-Jones menjelaskan pola bahaya kerap dimulai dengan perubahan keadaan. Semula, mungkin seorang remaja pindah sekolah atau pindah rumah, sehingga ada jarak geografis dari teman-teman kehidupan nyata dan lebih banyak menghabiskan waktu bermain gim.

Perubahan juga dapat mencakup jarak yang semakin jauh dari keluarga atau masalah apa pun dengan teman, seperti intimidasi. Menurut Bowden-Jones, sebagian besar pasien yang ditangani di klinik adalah laki-laki berusia sekitar 16-17 tahun. Mereka tidak tertinggal secara akademis atau dalam aspek lain kehidupan mereka, tetapi mungkin sesuatu terjadi secara tiba-tiba dan mengganggu perjalanan mereka.

"Saya pernah bertemu dengan orang tua yang anaknya masih kecil lari dari rumah di tengah malam untuk mencari Wi-Fi di tangga rumah sembarang orang, ketika koneksi internet mereka sendiri dimatikan oleh orang tua," kata Bowden-Jones terkait perilaku kecanduang gim.

Lebih jauh lagi, ada pasien yang menyatakan lebih baik mati daripada tidak bermain gim, dan hal yang sama juga sudah disampaikan pasien itu kepada orang tuanya. Efek buruk lain seperti amarah tak terkendali, membuat pasien merusak pintu, benda, atau melukai orang lain.

Sebagai mantan direktur Klinik Perjudian Masalah Nasional, Bowden-Jones lebih waspada akan "cara kompulsif dan destruktif" di mana anak-anak menghabiskan uang untuk permainan. Pasalnya, tidak sedikit gim internet memiliki transaksi mikro. Biasanya, ada item tertentu yang hanya bisa didapat pemain jika membeli menggunakan uang sungguhan atau mata uang dalam gim.

Bowden-Jones mewanti-wanti anak yang diizinkan bermain gim harus selalu meminta izin orang tua jika hendak membelanjakan uang dalam gim. Jangan sampai orang tua lepas kendali, yang beberapa contoh kasusnya sudah banyak terjadi dan viral di media sosial.

Belum lama ini, seorang anak berusia 13 tahun di China diketahui menghabiskan 120 ribu yuan (sekitar Rp 250 juta) untuk transaksi dalam gim. Saat dikonfrontasi, terungkap bahwa sebelumnya anak itu telah menghabiskan 210 ribu yuan (sekitar Rp 438 juta) untuk pembelian lain dalam gim dan 100.000 yuan (sekitar Rp 208 juta) untuk transaksi gim teman sekelasnya.

Di Indonesia, 2021 silam sempat viral orang tua yang marah kepasa petugas supermarket karena membiarkan anaknya melakukan top-up atau pengisian dalam gim daring sebesar Rp 800 ribu. Artinya, pengawasan terkait transaksi dalam gilm perlu lebih diperketat.

Risiko lain terkait kebutuhan pembelian dalam gim menggunakan uang sungguhan juga cukup serius. "Ketika tidak ada uang tersedia, pasien kami yang paling impulsif melakukan pencurian, dengan membelanjakan kartu bank orang tua mereka," ungkap Bowden-Jones.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler