Benarkah Minuman Berenergi Menyehatkan? Ini Faktanya Menurut Penelitian
Berbagai dampak negatif dari minuman berenergi cukup mencengangkan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian menemukan, minuman berenergi dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan. Minuman energi terbaru Amerika bermerek Celsius terkena gugatan pada tahun lalu atas iklan palsu yang dibuatnya.
Dalam iklan tersebut, minuman tersebut mengeklaim tidak mengandung bahan pengawet apa pun. Faktanya, minuman itu mengandung asam sitrat atau salah satu bahan pengawet yang paling umum digunakan di dunia.
Ada juga minuman berenergi merek Prime yang dibuat oleh Youtuber kontroversial Logan Paul. Minuman ini dilarang di sekolah-sekolah seluruh dunia karena kandungan kafeinnya yang tinggi dan penjualan di sekolah dengan harga lebih tinggi dari biasanya. Studi yang dilakukan pada 2023 menemukan korelasi bahwa remaja berusia 13 hingga 15 tahun yang mengonsumsi minuman berenergi secara teratur lebih cenderung menggunakan alkohol dan rokok.
Bagaimana minuman energi memengaruhi kesehatan?
“Berbagai macam kondisi yang merupakan dampak negatif dari minuman berenergi cukup mencengangkan,” Josiemer Mattei, PhD., asisten profesor nutrisi di Harvard TH Chan School of Public Health, Josiemer Mattei, dikutip dari laman Men's Health, pada akhir pekan lalu.
Mattei ikut menjadi peneliti pada metaanalisis 2017 yang mempelajari efek minuman berenergi. Banyak orang mungkin sudah tahu bahwa minuman berenergi dapat mengganggu tidur, menambah berat badan, bahkan meningkatkan tekanan darah. Tetapi bukti menyeluruh menunjukkan, itu juga dapat menyebabkan penyalahgunaan zat, masalah kesehatan mental, risiko diabetes yang lebih tinggi, kerusakan gigi, dan juga kerusakan ginjal.
“Hal-hal yang manis mungkin yang harus disalahkan,” kata dia.
Minuman energi biasanya mengandung gula tambahan dalam jumlah tinggi, sirup jagung fruktosa tinggi, dan pemanis buatan. Faktanya, rata-rata 500 mililiter/16,9 ons dapat mengandung kira-kira 54 gram gula, menurut ulasan tersebut. Angka itu jauh melampaui rekomendasi American Heart Association yakni tidak lebih dari 36 gram per hari untuk pria.
Risikonya adalah diabetes tipe 2, menurut National Institute of Diabetes and Digestive Kidney Diseases. Selain itu, kadar gula darah yang tinggi secara konsisten dapat merusak saraf dan pembuluh darah dari waktu ke waktu, yang dapat menyebabkan penyakit jantung dan masalah ginjal.
Minuman berenergi juga mengemas sebanyak 207 miligram (mg) kafein per 2 ons, menurut ulasan tersebut. Sementara para peneliti mencatat asupan moderat hingga 400 mg per hari untuk orang dewasa dianggap aman, implikasi kesehatannya bisa menjadi sedikit tidak pasti ketika Anda mulai berlebihan.
Itulah salah satu alasan potensial mengapa minuman tersebut dikaitkan dengan kecemasan, depresi, bahkan pikiran untuk bunuh diri. Satu penelitian di Korea menunjukkan, ketergantungan kafein dapat memengaruhi suasana hati yang mudah tersinggung dan mengganggu tidur sehingga dikaitkan dengan stres dan gejala depresi.
Mattei percaya kelebihan kafein ini juga dapat berperan dalam masalah kardiovaskular tertentu, seperti tekanan darah tinggi. Peneliti lain pada 2019 dari jurnal American Heart Association telah menemukan bahwa penggunaan minuman energi volume tinggi secara signifikan memengaruhi detak jantung, yang pada gilirannya, meningkatkan tekanan darah.
Mattei menekankan bahwa bukti saat ini mendukung bahwa risiko kesehatan dari minuman ini lebih besar daripada keuntungan jangka pendek yang mungkin dirasakan. Akan lebih baik mencari cara lain yang lebih baik untuk meningkatkan energi daripada mengonsumsi minuman berenergi.