Wang Yi, Sang 'Rubah Perak' Kembali Jadi Menlu Cina

Wang Yi dijuluki rubah perak karena rambutnya beruban dan kelihaiannya berdiplomasi

AP Photo/Tatan Syuflana, File
Diplomat tertinggi Cina, Wang Yi telah ditunjuk kembali oleh Presiden Xi Jinping ke jabatan lamanya sebagai Menteri Luar Negeri Cina
Rep: Amri Amrullah Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Diplomat tertinggi Cina, Wang Yi telah ditunjuk kembali oleh Presiden Xi Jinping ke jabatan lamanya sebagai Menteri Luar Negeri Cina, jabatan yang telah dipegangnya selama hampir satu dekade sejak tahun 2013. Penunjukkan kembali Wang Yi yang dijuluki si 'Rubah Perak' ini, cukup mendadak setelah Presiden Xi memecat Menlu Qin Gang dengan masa kerja yang cukup singkat.

Wang, 69 tahun, adalah seorang diplomat karier dan pembicara fasih berbahasa Jepang yang pernah menjabat sebagai duta besar Cina di Tokyo dan kepala Kantor Urusan Taiwan. Ia dijuluki "rubah perak" oleh media pemerintah Cina dan para pengagumnya di dunia maya karena rambutnya yang beruban dan kelihaiannya dalam berdiplomasi.

Wang saat ini mengepalai Komisi Urusan Luar Negeri Partai Komunis Cina, lembaga pengambil keputusan kebijakan luar negeri. Wang dianggap oleh beberapa rekan-rekan asingnya sebagai sosok yang ramah dan menawan. Ia menjadi semakin tangguh dalam beberapa tahun terakhir dan merupakan pendukung gaya diplomasi "prajurit serigala" Cina yang agresif dan sering kali kasar.

"Tidak peduli seberapa pirang Anda mewarnai rambut Anda atau seberapa mancung hidung Anda, Anda tidak akan pernah menjadi orang Eropa, Amerika, atau Barat," katanya kepada rekan-rekan Korea Selatan dan Jepang di sebuah forum awal bulan ini, dalam sebuah kritik terhadap sikap pro-barat mereka.

Dia mengatakan kepada Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada tahun 2022 bahwa AS harus "berhenti mencoba berurusan dengan Cina dari posisi yang kuat." Ketika dia bertemu Blinken di Beijing bulan lalu - sebagai kunjungan pertama oleh diplomat tertinggi Washington dalam lima tahun terakhir - dia mengatakan kepadanya bahwa Cina tidak memiliki "ruang untuk kompromi atau konsesi" di Taiwan.

Para jurnalis juga telah menjadi sasaran lidah tajam Wang. Setelah seorang wartawan Kanada bertanya kepadanya tentang hak asasi manusia pada tahun 2016, dia menjawab dengan mengatakan bahwa pertanyaan itu "penuh dengan prasangka buruk terhadap Cina dan arogansi". "Saya tidak tahu dari mana asalnya. Ini sama sekali tidak dapat diterima," katanya melalui seorang penerjemah.

Wang tetap sibuk setelah mengundurkan diri sebagai menteri luar negeri pada tahun 2022. Dia dipandang berperan penting dalam menengahi kesepakatan damai yang mengejutkan antara Iran dan Arab Saudi, pada bulan Maret lalu. Wang kemudian menggantikan Menlu, Qin Gang dalam beberapa acara, setelah Gang dianggap menghilang dari pandangan publik selama sebulan sebelum pemecatannya.

Baca Juga


sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler