80 Persen Rumput Laut RI Diekspor dalam Bentuk Kering

Pemerintah mengupayakan agar hilirisasi rumput laut dapat segera terealisasi.

Dok. Web
Komunitas Nelayan Pesisir Lampung menggelar edukasi budi daya rumput laut kepada para pelaut di Desa Marang, Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung.
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (Dirjen PDSKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Budi Sulistiyo, mengatakan sebanyak 80 persen hasil rumput laut Indonesia diekspor dalam bentuk kering, sementara 20 persen dalam bentuk olahan atau hilirisasi.

Baca Juga


"Nilai ekonomi, nilai dari sekarang ini bahwa hasil rumput laut selama ini kan mungkin komposisi yang diekspor itu 80 persen dalam bentuk kering, 20 persen dalam bentuk olahan, ini kalau kita tingkatkan pengolahan di dalam negeri, maka nilai itu lebih jauh tinggi," ujar Budi saat ditemui di Jakarta, Selasa (26/7/2023).

Menurut dia, pemerintah tengah mengupayakan agar hilirisasi rumput laut dapat segera terealisasikan. KKP tengah menyiapkan proyek percontohan (modelling) di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, seluas 400 hektare dengan target realisasi tahun ini.

Adapun Indonesia berdasarkan data BPS pada 2022 telah mengekspor rumput laut ke China sebesar 194.395,2 ton dengan nilai sebesar 336,762 juta dolar AS.

Disusul Korea Selatan sebesar 7.813,9 ton senilai 15,809 juta dolar AS, kemudian Vietnam sebesar 6.138,2 ton dengan nilai sebesar 4,776 juta dolar AS.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menargetkan pada tahun ini mulai dibangun proyek percontohan rumput laut di Wakatobi

Proyek di Wakatobi ini akan menjadi percontohan untuk budi daya rumput laut di wilayah lain, sama dengan tambak budi daya udang berbasis kawasan (BUBK) yang dapat dicontoh di daerah lain oleh berbagai kalangan termasuk swasta.

Trenggono mengungkapkan dalam proyek budi daya rumput laut tersebut akan mengedepankan kelestarian lingkungan, yakni dengan memanfaatkan serat kelapa sebagai pengganti tali plastik untuk mengikat rumput laut.

"Kita sudah bikin di Wakatobi pakai batok kelapa, jadi pertama dia bisa bikin beberapa kali pakai lalu kemudian dia juga ramah lingkungan karena tidak menjadi mikro plastik," paparnya.

Tali rumput laut berbahan serat kelapa, disebutnya akan terhitung lebih murah bila dihitung secara umum dalam jangka waktu satu tahun.

Ia pun telah melakukan diskusi dengan pelaku budi daya untuk beralih menggunakan bahan yang lebih ramah lingkungan ini.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler