Uni Eropa Kutuk Penodaan Alquran di Swedia dan Denmark

Uni Eropa menilai penodaan Alquran adalah ekspresi rasisme, xenofobia, dan intoleran.

AP
OKI berencana menggelar pertemuan darurat untuk membahas aksi penistaan Alquran yang terus berulang di Eropa.
Rep: Rossi Handayani Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Uni Eropa pada Rabu (26/7/2023) mengutuk penodaan Alquran baru-baru ini di Swedia dan Denmark. Aksi pembakaran atau penodaan Alquran atau sekadar upaya untuk melakukannya marak terjadi beberapa bulan terakhir, oleh kelompok Islamofobia, terutama di negara-negara Eropa Utara dan Nordik.

Baca Juga


"Uni Eropa menegaskan kembali penolakannya yang kuat dan tegas terhadap segala bentuk hasutan untuk kebencian dan intoleransi agama," kata Kepala kebijakan luar negeri blok tersebut, Josep Borrell, dalam sebuah pernyataan dan menekankan pentingnya menghormati keragaman dan komunitas agama lainnya, dilansir dari laman Anadolu Agency pada Rabu.

"Penodaan Alquran, atau buku lain yang dianggap suci, adalah ofensif, tidak sopan, dan provokasi yang jelas. Ekspresi rasisme, xenofobia, dan intoleransi terkait tidak memiliki tempat di Uni Eropa," lanjut Borrell.

Kemudian dia menyerukan untuk saling pengertian dan menghormati. "Tindakan yang dilakukan oleh provokator individu ini hanya menguntungkan mereka yang ingin memecah belah kita dan masyarakat kita," kata dia.

Aksi pembakaran dan penodaan Alquran telah memicu kemarahan baik dari negara-negara Muslim maupun di seluruh dunia. Yang paling viral adalah aksi aksi pria asal Irak yang tinggal di Swedia, Salwan Momika, membakar Alquran di bawah perlindungan polisi di depan Masjid Stockholm pada hari pertama Idul Adha.

Pada 20 Juli, Momika menodai Alquran dan bendera Irak di bawah perlindungan polisi di depan Kedutaan Besar Irak di Stockholm.

 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler