Cina Bebaskan Warga Taiwan yang Dituduh Mata-Mata
Taipei mengatakan, warga tersebut sudah berada di Taiwan.
REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Pemerintah Taiwan mengatakan Cina membebaskan warga Taiwan ditahan atas tuduhan mata-mata. Taipei mengatakan warga tersebut sudah berada di Taiwan.
Cina memandang Taiwan yang dikelola dengan demokratis bagian dari wilayahnya. Empat tahun terakhir Beijing meningkatkan tekanan politik dan militernya untuk menegaskan klaim kedaulatannya.
Pada 2019 lalu Lee Meng-chu menghilang di selatan Cina. Satu tahun kemudian media pemerintah Cina melaporkan ia anggota aktif kelompok separatis Taiwan yang menyamar sebagai pengusaha untuk menutupi peran spionasenya.
Dalam laporannya media Cina mengatakan Lee ditangkap saat masuk Cina dan diketahui ia memfoto dan merekam dengan video latihan militer Cina di Kota Shenzhen. Cina juga menemukan benda-benda yang menunjukkan ia mendukung protes anti-pemerintah di Hong Kong.
Pada Kamis (27/7/20230) juru bicara Dewan Taiwan Urusan Cina Daratan Jan Jyh-Horng mengatakan Lee sudah dibebaskan dan meninggalkan Cina. Ia menambahkan Cina tidak memberi tahu keputusan itu ke Taiwan dan pemerintah Taiwan mengetahui berita tersebut dari keluarga Lee.
Pada BBC bahasa Cina, Lee mengatakan setelah ia dibebaskan dipergi ke Jepang. Dalam wawancara yang sama Lee mengatakan ia hanya turis yang penasaran dan dituduh sebagai mata-mata.
"Saya tidak tahu apa yang saya lakukan, tapi untuk dapat segera keluar, saya harus mengaku bersalah," katanya.
Pemerintah Taiwan berulang kali menegaskan hanya warga Taiwan dapat dapat memutuskan masa depan mereka. Pemerintah juga berulang kali mengingatkan warganya untuk berhati-hati mengingat resiko penahanan sewenang-wenang Cina.