Selain Ozempic, Obat Merek Apa yang Diselidiki Inggris Terkait Efek Ingin Bunuh Diri?
Selain Ozempic, ada beberapa obat lain yang berada dalam pemantauan MHRA.
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Obat penurun berat badan produksi Novo Nordisk tengah ditinjau di Inggris karena mendatangkan efek samping yang berbahaya. Beberapa pasien melaporkan bahwa mereka jadi mempunyai pikiran untuk bunuh diri atau menyakiti diri sendiri setelah mengonsumsi obat tersebut.
Pada Selasa (25/7/2023) malam, Badan Regulasi Obat-obatan dan Produk Kesehatan (MHRA) mengatakan, pihaknya sedang meninjau data keamanan pada kelas obat yang dikenal sebagai agonis reseptor GLP-1. Ini termasuk Ozempic produksi Novo Nordisk, yang mengandung bahan aktif semaglutide. Obat ini disetujui untuk mengobati diabetes tipe 2.
Obat lain yang ditinjau adalah Saxenda, juga produksi Novo Nordisk. Saxenda mengandung bahan aktif liraglutide dan disetujui sebagai pengobatan penurunan berat badan.
Saxenda adalah obat GLP-1 yang lebih lawas dan memiliki keefektifan lebih rendah daripada pengobatan obesitas yang lebih baru dengan merek Wegovy, yang mengandung semaglutide. Novo mengatakan, pihaknya telah menerima permintaan dari MHRA pada Senin (24/7/2023) tentang peninjauan terhadap potensi pemikiran bunuh diri dan menyakiti diri sendiri terkait dengan obat-obatan GLP-1.
"Peninjauan sedang berlangsung dan tanggapan akan diberikan dalam batas waktu yang diminta," kata Novo dalam sebuah pernyataan.
MHRA mengatakan, obat GLP-1 produksi AstraZeneca untuk diabetes tipe 2, yang mengandung exenatide dan dipasarkan sebagai Bydureon, juga dimasukkan dalam tinjauan. AstraZeneca tidak segera menanggapi permintaan komentar.
MHRA mengatakan, dua obat GLP-1 lainnya yaitu lixisenatide produksi Sanofi dan dulaglutide produksi Eli Lilly juga masuk dalam peninjauan. Sanofi mengatakan kepada Reuters bahwa MHRA sedang melakukan peninjauan.
"Kami bekerja dengan MHRA. Sanofi mengonfirmasi bahwa sistem pemantauan keselamatan pasien dan farmakovigilans berkelanjutan kami belum mengidentifikasi masalah keamanan apa pun," ujar pernyataan Sanofi.
Agonis reseptor GLP-1 awalnya dikembangkan untuk mengobati diabetes tipe 2. Mereka meniru hormon usus yang menekan nafsu makan, dan meningkatkan rasa kenyang.
MHRA mengatakan, peninjauan dimulai pada 12 Juli. Badan tersebut mengatakan tidak dapat menentukan kapan peninjauan itu akan selesai atau apa hasilnya. Peninjauan akan mempertimbangkan data keamanan termasuk reaksi obat yang merugikan, yang dilaporkan oleh pasien dan dokter ke MHRA dan regulator obat lain yang tidak disebutkan namanya.
Antara 2020 hingga 6 Juli tahun ini, MHRA menerima lima laporan dugaan reaksi obat yang merugikan yang melibatkan semaglutide terkait dengan "perilaku bunuh diri dan melukai diri sendiri", melalui skema Kartu Kuning yang mengumpulkan dan memantau masalah keamanan seperti efek samping dari obat-obatan. Antara 2010 hingga 6 Juli tahun ini, MHRA menerima 12 dugaan reaksi obat merugikan yang melibatkan liraglutide yang juga terkait dengan perilaku bunuh diri dan melukai diri sendiri.
"Keselamatan pasien adalah prioritas utama kami. Kami akan dengan hati-hati mempertimbangkan semua bukti yang tersedia dan mengomunikasikan saran lebih lanjut kepada pasien dan profesional kesehatan yang sesuai," kata Dr Alison Cave, kepala petugas keselamatan MHRA.
Pada 2021, MHRA menyetujui obat perawatan penurunan berat badan oleh Wegovy produksi Novo Nordisk. Tetapi obat tersebut belum diluncurkan di Inggris.
Novo telah menunda memperkenalkan obat di sebagian besar Eropa untuk memprioritaskan pasokan ke Amerika Serikat. Di sana, permintaan telah melonjak sejak diluncurkan dua tahun lalu.
Konsumsi obat ini menyebabkan penurunan berat badan rata-rata sekitar 15 persen, bersamaan dengan perubahan pola makan dan olahraga. European Medicines Agency (EMA) awal bulan ini telah mulai menyelidiki obat GLP-1 setelah regulator kesehatan Islandia menandai tiga kasus pasien yang berpikir untuk bunuh diri atau menyakiti diri sendiri. Mereka juga menyelidiki obat GLP-1 untuk kemungkinan risiko kanker tiroid.