Bantah Ada Bencana Kelaparan di Papua Tengah, Mentan Sebut Warga Meninggal karena Diare

"Kok kalau meninggal kelaparan kok cuma satu keluarga" kata Mentan Syahrul.

Republika/N Dessy Suciati Saputr
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Syahrul membantah informasi ada bencana kelaparan di Papua Tengah.
Rep: Dessy Suciati Saputri Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyebut sejumlah warga yang meninggal di Kabupaten Puncak, Papua Tengah tidak disebabkan karena kelaparan. Berdasarkan laporan Sekretaris Wilayah Daerah dan Kepala Dinas setempat, Mentan mengatakan, sejumlah warga yang meninggal tersebut menderita diare. 

Baca Juga


"Saya habis dua tiga hari, dua hari terakhir ini ngecek banget apa itu kelaparan membuat dia meninggal. Kok kalau meninggal kelaparan kok cuma satu keluarga? Jadi kelaparan itu bersifat masif. Oleh karena itu, yang ada menurut laporan dari Sekwilda dan Kadis setempat bukan kelaparan. Diare," ujar Syahrul di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (2/8/2023). 

Ia menjelaskan, pada hari pertama, warga tersebut mengalami muntah hingga 20 kali dan juga diare yang menyebabkan dehidrasi. Mentan pun menyiapkan sejumlah langkah darurat untuk membantu penanganan kondisi tersebut selama tiga bulan ke depan. 

Selain itu, ia juga akan mengirimkan sekitar 10 ribu tanaman polybag ke enam distrik yang mengalami bencana kelaparan. 

"Yang kedua temporary agenda saya akan mobilisasi kurang lebih 10.000 polybag. Tanaman polybag di sekitar halaman rumah. Karena di sana 6 distrik. Satu distrik yang bersoal," kata dia. 

Menurut Syahrul, pemerintah tidak boleh gegabah dalam melakukan penanganan darurat untuk membantu warga sekitar mengingat kondisi wilayah yang berada di ketinggian. Untuk bisa mensuplai kebutuhan warga setempat, Mentan menyebut akan berfokus pada daerah Timika. 

"Agenda ketiga, permanen agenda saya akan buat lahan penyangga di sana. Dan saya kira kalau di puncak itu masalah hujan es dan lain-lain setiap tahun seperti itu. Jadi ini menurut saya, tapi mari teman-teman mengecek, bukan karena kelaparan, tapi karena muntaber," jelasnya. 

Meskipun demikian, Mentan mengakui di daerah tersebut juga terjadi cuaca ekstrem. Karena itu, ia menyebut akan kembali mengecek kondisi warga setempat pada pekan depan untuk melakukan intervensi. 

Sementara, terkait food estate yang sudah dibangun di Kabupaten Keerom, Papua, Mentan mengatakan disiapkan untuk memenuhi kebutuhan di Papua Barat. 

"Kan jauh banget dari Papua ke sana. Ini di atas gunung. Cuma bisa dilakukan pendekatan di Timika. Oleh karena itu, di Papua itu yang disiapkan sekarang itu food estate memang untuk kepentingan Papua Barat, dan ini (bencana) di Papua Tengah," ujar dia. 


 

Sebelumnya diberitakan, musim kemarau panjang disertai cuaca dingin ekstrem menyebabkan lima orang dewasa dan satu bayi di Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi, Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah, meninggal dunia. Warga sekitar mengalami gagal panen dan kesulitan air bersih sehingga menyebabkan diare serta dehidrasi. 

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan kurang lebih 7.500 warga terdampak bencana kekeringan yang melanda Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah. Hal ini berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Puncak per Ahad (30/7/2023). 

Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, kemarau berkepanjangan diiringi cuaca dingin ekstrim memicu terjadinya gagal panen warga Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi, Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah. Hal ini membuat warga kesulitan mendapatkan bahan makan dan air bersih, hingga dilaporkan lima orang dewasa dan seorang bayi meninggal dunia karena diduga diare dan dehidrasi. 

"Penanganan darurat yang telah dilakukan meliputi penyelidikan epidemiologi kepada para korban yang meninggal dunia oleh Dinas Kesehatan Provinsi Papua Tengah. Selain itu distribusi bantuan makanan dan obat-obatan serta penyuluhan kesehatan juga dilakukan secara berkala," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam siaran persnya, Senin (31/7/2023).  

Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Puncak juga telah mendistribusikan bantuan logistik dan peralatan yang meliputi makanan siap saji, makanan anak, lauk pauk, biskuit dan lainnya.  

Muhari mengatakan, pemerintah pusat juga turut memberi perhatian dalam penanganan darurat kekeringan di kawasan Pegunungan Tengah Papua itu. Rencananya Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy bersama Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto akan bertolak ke Kabupaten Papua Tengah pada Rabu (2/8/2023) dini hari. 

Tim akan membawa dan menyerahkan langsung dukungan logistik serta peralatan kepada pemerintah daerah setempat. Pendistribusian logistik dan peralatan dari BNPB kepada masyarakat terdampak kekeringan akan dibantu oleh TNI dan Polri. Hal ini mengingat kondisi medan yang berat dan hanya dapat dilalui dengan kendaraan roda dua serta helikopter. 

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelumnya telah menginstruksikan jajarannya mulai dari Menko PMK, Menteri Sosial, hingga BNPB dan pemerintah daerah agar segera mengatasi masalah bencana kelaparan yang terjadi di Papua Tengah. 

"Saya sudah perintahkan kepada Menko PMK, Menteri Sosial, BNPB dan juga di daerah, di Papua untuk segera menangani secepat-cepatnya," kata Jokowi usai peresmian Sodetan Ciliwung di Jakarta Timur, Senin (31/7/2023). 

Jokowi pun menjelaskan kondisi di Distrik Lambewi dan Distrik Agandugume, Kabupaten Puncak, Papua Tengah sehingga terjadi bencana kelaparan. Ia mengatakan, pada saat musim salju, tanaman di wilayah tersebut tidak ada yang tumbuh. Selain itu, proses distribusi bantuan makanan juga menghadapi masalah keamanan. 

"Tapi problemnya supaya tahu itu ada daerah spesifik yang kalau di musim salju itu yang namanya tanaman tidak ada yang tumbuh di ketinggian yang sangat tinggi di distrik itu. Yang kedua bantuan untuk makanan juga problem di urusan keamanan. Pesawat tidak berani turun sehingga problem lagi," jelas Jokowi. 

Karena itu, ia pun meminta TNI agar juga memberikan bantuan pengawalan distribusi bantuan makanan kepada warga sekitar. "Di sana memang problemnya selalu seperti itu. Medannya yang sangat sulit, pesawat yang mau turun pilotnya nggak berani sehingga problem itu yang terjadi," ujarnya. 

 

KELAPARAN BERULANG DI PAPUA - (Republika)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler