Serangan Drone Hantui Warga Moskow
Serangan drone mengguncang beberapa titik di Moskow.
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menara gemerlap distrik bisnis kota Moskow mendominasi cakrawala ibu kota Rusia. Bangunan dominasi kaca dan baja yang ramping sekarang menjadi tanda kerentanan.
Kekhawatiran muncul menyusul serangkaian serangan pesawat tidak berawak yang mengguncang beberapa titik Moskow. Kondisi itu membawa pulang perang di Ukraina ke pusat kekuasaan Rusia.
Serangan pada akhir pekan lalu dan yang terbaru pada Selasa (1/8/2023), bukan yang pertama menghantam Moskow. Sebuah drone bahkan menyerang Istana Kremlin tanpa membahayakan pada Mei.
Tapi ledakan terbaru ini yang tidak menimbulkan korban jiwa. Serangan pesawat tanpa awak itu meledakkan sebagian jendela di gedung bertingkat tinggi dan membuat kaca berjatuhan ke jalan, tampak sangat meresahkan.
"Sangat menakutkan karena Anda terbangun di malam hari mendengar ledakan,” kata seorang perempuan yang mengidentifikasi dirinya hanya sebagai Ulfiya saat dia berjalan dengan anjingnya.
Ulfiya tinggal di gedung terdekat. Seperti warga Moskow lainnya yang diwawancarai oleh //Associated Press//, dia tidak mengidentifikasi dirinya lebih jauh. Mereka takut akan pembalasan atau demi keselamatan pribadinya.
Warga Moskow lain yang menyebut namanya sebagai Ekaterina mengatakan, ledakan terbaru terdengar seperti guntur. "Saya pikir untuk pertama kalinya, saya benar-benar takut," katanya.
“Saya tidak mengerti bagaimana orang-orang di zona perang bisa hidup seperti ini setiap hari dan tidak menjadi gila," ujar Ekaterina.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, telah menembak jatuh dua drone Ukraina di luar Moskow dan secara elektronik membuat yang lain macet. Tindakan itu membuat drone menabrak gedung pencakar langit IQ-Quarter yang menampung kantor-kantor pemerintah seperti Kementerian Pembangunan Ekonomi, Kementerian Pengembangan Digital dan Komunikasi, dan Kementerian Industri dan Perdagangan. Gedung ini sama dengan tempat yang dihantam pada Ahad (30/7/2023).
Sebuah pagar dipasang di sekitar gedung dan personel dari pemadam kebakaran dan Komite Investigasi Rusia berada di tempat kejadian. Beberapa jam kemudian, penduduk berjalan-jalan di sekitar distrik di sepanjang Sungai Moskow atau duduk di bangku di bawah sinar matahari. Sekitar pukul 13.00 waktu setempat pada Selasa, pekerja sudah mulai mengganti jendela yang rusak.
Tapi tidak ada yang lolos dari berita suram. Sementara televisi negara Rusia sebagian besar meremehkan serangan itu, satu saluran mengapit segmen tentang cara pertahanan udara Moskow berhasil mencegat drone di sela-sela laporan yang menyoroti serangan Rusia di Ukraina.
Setelah serangan akhir pekan, Kremlin mengatakan keamanan akan ditingkatkan. Namun, ukuran drone yang menghantam distrik Kota Moskow membuat para analis mempertanyakan keefektifan pertahanan udara ibu kota, yang menunjukkan bahwa itu bisa saja diluncurkan dari Ukraina.
“Jika ini masalahnya, ini akan memalukan bagi pertahanan udara Rusia. Jika drone telah berada di wilayah udara Rusia selama berjam-jam, pertahanan udara seharusnya mengambilnya lebih awal dan menembak jatuh lebih awal,” kata pakar drone dan teknologi militer di Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa Ulrike Franke.
Meskipun drone tidak menyebabkan banyak kerusakan fisik, membawa narasi drone masuk Moskow ini menghancurkan narasi bahwa perang di Ukraina berhasil."Itu dituntut jauh dari konsekuensi apa pun bagi rakyat Rusia sendiri,” kata pakar Rusia di lembaga //think tank// Chatham House London Keir Giles.
“Itu adalah sesuatu yang akan semakin sulit untuk dijelaskan oleh mesin propaganda Rusia,” katanya.
Selain menjadi perhatian warga ibu kota, serangan drone pun menarik minat warga wilayah lain. Di Odintsovo, dengan beberapa drone jatuh sekitar 30 kilometer barat daya ibu kota, beberapa warga mendiskusikan kejadian tersebut di saluran Telegram lokal.
Seorang perempuan berbicara tentang mendengar suara-suara yang ternyata adalah mobil atau tempat sampah yang tidak tertutup dengan benar. Dia sering berpikir suara yang muncul adalah drone, tetapi sebenarnya adalah sekawanan burung, pesawat terbang, dan kantong plastik yang tertiup angin.
“Bagaimana mungkin hidup seperti ini?” dia bertanya pada kelompok itu.
“Berhentilah membuat kepanikan,” salah satu anggota menegurnya.
"Kalau dengar suara berisik, bergembiralah karena belum kena," imbuh yang lain.