5 Teladan Rasulullah SAW dalam Merawat Anak
Rasulullah tidak segan menunjukkan kasih sayangnya.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sebuah keluarga, kehadiran anak atau buah hati merupakan suatu anugrah dan rejeki yang sangat dinantikan. Bagi yang belum juga dikaruniai momongan, segala upaya akan dilakukan, sembari terus berdoa dan berserah kepada Allah SWT.
Ketika sudah diberi momongan, setiap orang tua memiliki kewajiban menjaga dan merawatnya dengan baik. Perlu diingat, anak adalah titipan dari Allah SWT yang bisa diambil sewaktu-waktu.
Lantas, bagaimanakah cara merawat anak yang baik itu? Apakah harus dengan cara yang keras dan tegas, atau lemah lembut, atau bahkan gabungan keduanya?
Berikut ini lima teladan dari Nabi Muhammad SAW tentang bagaimana merawat anak dilansir di About Islam, Jumat (4/8/2023).
5 Teladan Rasulullah SAW dalam Merawat Anak
1. Iman kepada Allah SWT berarti kebaikan pada keluarga
Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sesungguhnya di antara orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan paling baik terhadap keluarganya." (At-Tirmidzi)
Dalam Islam, iman dan keluarga berjalan beriringan. Tidak ada jalan pintas dalam hal membesarkan keluarga yang saleh.
Meski demikian, ada panduan penting yang bisa diperhatikan oleh setiap Muslim. Seperti dalam setiap aspek lain dari kehidupan seorang Muslim, panduan itu hadir dalam bentuk Nabi Muhammad SAW.
2. Luangkan waktu bermain bersama anak
Ada sebuah cerita ketika para sahabat berjalan bersama Nabi Muhammad SAW. Di tengah jalan, mereka melihat Hussein, cucu Nabi, tengah bermain di jalanan. Nabi pun mendekat dan mengulurkan tangannya, yang mana anak itu pun mulai berlari kesana-kemari.
Di kesempatan itu, Rasulullah SAW bergurau dengannya dan membuatnya tertawa, kemudian menangkap Hussein. Lalu, Nabi meletakkan satu tangan di bawah dagu Hussein dan yang lainnya di kepalanya dan menciumnya.
Nabi Muhammad lantas berkata, "Hussein adalah bagian dari diriku dan aku adalah bagian dari dirinya. Semoga Allah mencintai orang-orang yang mencintai Husein. Hussein adalah suku di antara suku." (Sunan bin Majah)
Di atas merupakan kisah yang indah tentang cara Nabi SAW berinteraksi dengan cucunya, Hussein. Menyenangkan, penuh dengan permainan, dan penuh kasih hanyalah beberapa kata yang muncul karenanya.
Melihat contoh Nabi SAW tersebut, maka orang tua Muslim juga seharusnya mencoba memperlakukan anak-anak dalam kehidupan mereka dengan cara yang sama. Sulit membayangkan ada orang yang tidak ingin memiliki hubungan seperti ini.
Bagi seorang Muslim, pengalaman inheren ini adalah salah satu yang benar-benar didorong oleh Islam dan Allah SWT tidak segan-segan memberi pahala atau penghargaan kepada seseorang atasnya.
Karena iman dan keluarga berjalan beriringan dalam Islam, seorang Muslim harus memastikan reputasinya dengan keluarga kukuh agar juga memiliki kedudukan yang dihormati oleh Yang Maha Kuasa.
3. Jangan cepat marah
Anas bin Malik, seorang pelayan muda yang tinggal di rumah Nabi Muhammad SAW bercerita, "Saya belum pernah melihat orang yang lebih baik kepada keluarga seseorang daripada Rasulullah SAW. (Muslim)
Meski beberapa kali Anas bin Malik pernah melakukan kesalahan dalam tugasnya karena usianya yang masih muda, Nabi SAW tidak akan cepat memarahinya. Bahkan, Anas bin Malik berkata: "Saya melayani Nabi SAW di Madinah selama sepuluh tahun. Saya adalah seorang anak laki-laki. Setiap pekerjaan yang saya lakukan tidak sesuai dengan keinginannya, tetapi dia tidak pernah mengatakan kepada saya: 'Uff', atau pun berkata 'Mengapa kamu melakukan ini? atau mengapa Anda tidak melakukan ini?'" (Sunan Abi Dawud)
4. Tunjukkan cinta pada anak
Ada sebuah kisah yang menceritakan pertemuan antara Rasulullah SAW dan beberapa orang Badui. Disebutkan orang-orang Badui ini mendatangi Rasul dan berkata, "Apakah Anda mencium anak-anak Anda?" Nabi pun menjawab, "Ya."
Mendengarnya, orang Badui ini berkata, "Tapi kami, demi Allah, tidak pernah mencium (anak-anak kami)." Mendengarnya, Nabi SAW berkata, "Apa yang dapat saya lakukan jika Allah telah mengambil rahmat dari Anda?" (Sunan bin Majah).
Rasulullah SAW adalah ayah dan kakek yang sangat penyayang. Ia menunjukkan kasih sayang kepada anak-anak di masyarakat dan tidak segan-segan membuat mereka merasa istimewa dan dicintai.
Hal ini sangat bertentangan dengan laki-laki pada masa itu, yang menganggap menunjukkan kelembutan seperti itu terhadap keluarga dan anak-anak bukanlah sifat maskulin.
Orang Badui, dalam kisah di atas, sebenarnya menyombongkan diri tentang tidak mencium anak-anaknya karena mereka sering dipandang sebagai komoditas belaka. Bahkan, mereka tidak segan bertindak kasar karena dirasa lebih sesuai dengan citra menjadi laki-laki.
Namun sebaliknya, Nabi Muhammad malah menekankan menunjukkan kasih sayang dan cinta kepada anak-anak adalah jalan yang lebih baik untuk diambil.
5. Dengarkan anak dan jangan abaikan perasaannya
Pada suatu kesempatan adik dari Anas bin Malik, Abu Umayr, kehilangan burung peliharaannya yang bernama Nughayr. Setelah melihat kesusahan anak itu, Nabi SAW berupaya menghiburnya dan bertanya tentang hewan peliharaannya (HR Bukhari).
Di sini, bisa terlihat bagaimana contoh ketika Nabi SAW mengambil tindakan yang sangat penuh perhatian, untuk membantu seorang anak kecil. Sementara, banyak orang dewasa mengabaikan situasi yang tampaknya “sepele” seperti itu.
Padahal, hubungan semacam ini dapat membangun kepercayaan, komunikasi terbuka, serta bagian dari validasi terhadap anak.