Pengamat Unand: Kritik Rocky Gerung Mesti Ditanggapi Secara Akademik

Rocky Gerung dinilai melakukan kritik setelah melalui perenungan.

Republika/Havid Al Vizki
Pengamat Politik Rocky Gerung.
Rep: Febrian Fachri  Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pengamat politik dari Universitas Andalas, Najmuddin Rasul, mengatakan kritik Rocky Gerung yang sampai menyebut tindakan Presiden Joko Widodo dengan memakai kata ‘bajingan tolol’ merupakan bentuk kerisauan kalangan akademisi terhadap pemerintahan Jokowi.

Baca Juga


Menurut Najmuddin, kritikan yang disampaikan Rocky harusnya ditanggapi secara akademik karena mantan dosen Universitas Indonesia itu mengemukakan pendapat setelah melakukan kajian dan renungan.

“Namun tidak jarang seorang akademisi mem-publish hasil kajiannya ke publik melalui arena sharing idea pada forum-forum tertentu, seperti yang dilakukan Rocky Gerung. Salah satu bentuk kegalauan akademisi terlihat dari statemen Ricky Gerung dalam sebuah diskusi yang bisa memantik perdebatan akademik,” kata Najmuddin, Sabtu (5/8/2023).

Najmuddin menyebut sering kali kritikan akademisi kepada pemerintah selalu ditanggapi dengan sinis. Hal itu bukti bahwa pemerintah belum siap untuk berbeda pendapat. Karena menurut Najmuddin, pemiliran seorang akademisi selalu berusaha mencari solusi dari sebuah masalah pengetahuan dengan mengginakan pola pikir ilmiah yang disebut dengan logiko-hipotetiko verifikatif atau metode ilmiah.

“Pemikiran para akademisi selalu dilandasi tentang apa masalahnya(ontologi), mengapa masalah itu muncul (aksiologi) dan bagaimana mengatasi masalah tersebut (Epistimologi).  Misalnya tentang situasi dan kondisi perpolitikan bangsa. 

Hal ini, seringkali memantik Kegalauan seorang akademisi untuk melakukan kajian guna menjawab Kegalauan tersebut,” ujar Najmuddin.

Namun lanjut Najmuddin, statemen Rocky Gerung oleh pendukung rezim dipandang sebagai penghinaan kepada Presiden. Ketidaksetujuan para pendukung rejim terhadap Rocky Gerung direpresentasikan dengan cara-cara marah yang mengutamakan otot bukan otak. 

Menurut Najmuddin, jika pendukung rezim paham apa yang dilakukan Rocky sesungguhnya adalah pertama itu adalah bentuk partisipasi politik warga yang bisa dilakukan bahan analisis bagi orang-orang di sekitar Presiden. 

Baca juga, 

https://news.republika.co.id/berita/ryt4j5377/moeldoko-rocky-gerung-sudah-tak-bisa-ditoleransi-kalau-perlu-saya-yang-laporkan

“Yang kedua, kritikan publik terhadap rezim adalah bagian dari kebebasan berpendapat di alam demokrasi dan adalah bagian dari dinamika demokrasi.  Bagi saya, statemen Rocky Gerung itu adalah sebuah energi positif untuk Jokowi dan pendukungnya,” kata Najmuddin.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler