Ungkapan Jari Love Ala Korea, Apakah Haram dan Keluar dari Islam?
Tidak ada larangan untuk bergaya jari love khas korea
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Saat ini banyak di antara orang-orang yang menggunakan dua jari ala Korea untuk simbol cinta (love). Ada yang menyatakan simbol tersebut seperti salib. Namun apa hukumnya menyampaikan cinta dengan simbol tersebut?
Seperti dikutip dari buku Problematika Korean Wave, Kumpulan Tanya Jawab dan Bimbingan Islam, gerakan tangan atau jari yang membentuk love atau sebagainya (bukan simbol salib, melainkan happy fun saja, atau gaya-gayaan) tidak membuat murtad.
Hal ini karena bukan termasuk hal-hal yang secara jelas membatalkan keislaman seseorang, dan juga tidak ada dalilnya secara sharih atau jelas dan penjelasan khusus dari sahabat, tabiin, dan sebagainya untuk amalan seperti ini. Wallahu Ta'ala A'lam.
Hanya saja di beberapa keadaan ikut bergaya seperti ini (gerakan tangan membentuk love dan semisalnya) karena ikut gaya orang Korea misalkan (bukan merupakan kekhususan mereka, karena baru muncul di abad milenial ini saja ketika booming Drakor dan K-Pop, wallahu Ta'ala A'lam) tetap masuk pada perkara menyelisihi muruah (kebaikan) akhlak dan jati diri seorang Muslim yang sejati.
Yang dilakukan ketika seorang senang dan cinta (karena Allah) kepada orang lain (bukan lawan jenis) adalah mengabarkannya (lewat lisan). Dahulu sahabat yang mulia Habib menjumpai Miqdam ibnu Ma'di Kariba radhiallahu 'anhuma, dia berkata, “Rasulullahi shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda:
إذا أحب أحدكم أخاه فليعلمه أنه أحبه “Jika salah seorang di antara kalian mencintai saudaranya hendaklah dia memberitahu saudaranya itu bahwa dia mencintainya.” (HR Bukhari dalam Adab al-Mufrad no 421/542). Dari Mujahid (tabiin) rahimahullah, beliau menuturkan:
“Ada salah seorang sahabat Rasul shallallahu alaihi wasallam bertemu denganku lalu ia memegang pundakku dari belakang dan berkata:
أما إني أحبك “Sungguh saya mencintaimu."
Dia lalu berkata:
أحبك الله الذي احببتني له
“Semoga Allah yang membuatmu mencintaiku turut mencintaimu.” Dia berkata, “Sekiranya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak bersabda, “Jika seorang pria mencintai saudaranya hendaklah dia memberitahu bahwa dia mencintainya,” maka tentulah ucapanku tadi tidak kuberitahukan kepadamu." (Lihat kisahnya dalam Adab al-Mufrad 422/543 HR Bukhari).
Baca Juga: Alquran Bukan Kalam Allah SWT Menurut Panji Gumilang, Ini Bantahan Tegas Prof Quraish
Inilah ajaran Islam yang mengajarkan untuk saling mencintai. Ketika kita mencintai saudara kita karena Allah, maka ungkapkanlah cinta tersebut dengan mengatakan, “Inni uhibbuk" atau “Inni uhibbuk fillah".
Lalu ketika saudaranya mendengar, maka balaslah dengan mengucapkan “ahabbakallahu alladzi ahbabtani lahu” (Semoga Allah turut mencintaimu sebagaimana engkau telah mencintaiku karena-Nya).
Dan ini menunjukkan hendaknya cinta dan benci pada orang lain dibangun karena Allah, bukan karena mengikuti trend orang Korea atau “Barat” atau orang-orang yang tidak beriman Kepada Allah Yang Mahaesa, baik untuk maksud dunia semata apalagi hawa nafsu sesat. Wallahu Ta'ala A'lam.