Usus Sering Dijuluki Otak Kedua, Mengapa Begitu?

Usus sangat terkait dengan sistem kekebalan tubuh.

www.freepik.com.
Usus (ilustrasi). Ada alasan mengapa usus sering dijuli sebagai otak kedua.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kita pasti sering mendengar tentang pentingnya upaya menjaga kesehatan usus, seperti mengonsumsi makanan atau minuman tertentu supaya saluran pencernaan berfungsi optimal. Sebenarnya, mengapa kesehatan usus begitu penting?

Baca Juga


Salah satu alasannya yakni karena usus dan otak terhubung. Ahli gizi bersertifikat Eli Brecher menjelaskan usus kadang dijuluki sebagai sebagai otak kedua karena usus memiliki sistem sarafnya sendiri, dengan lebih banyak neurotransmiter daripada sistem saraf pusat otak.

Selain itu, Brecher menyoroti usus sangat terkait dengan sistem kekebalan tubuh, bahkan 80 persen dari sistem imun terletak di usus. Karena itu, memiliki mikrobioma usus yang sehat berperan penting dalam mengatur sistem kekebalan tubuh jadi optimal. Brecher mengatakan, usus merupakan penghasil vitamin K, yang meningkatkan penyerapan nutrisi, mendukung tingkat energi, juga menghilangkan sisa metabolisme dan racun dari tubuh.

"Makan makanan yang kaya serat adalah salah satu cara terbaik untuk mendukung usus. Kita seharusnya menargetkan 30 gram serat per hari," kata Brecher, dikutip dari laman Woman and Home, Selasa (8/8/2023). Makanan kaya serat termasuk sayuran, buah, kacang-kacangan, dan biji-bijian.

Studi telah membuktikan ada hubungan kuat antara usus dan kualitas tidur. Ahli nutrisi dan kesehatan usus Helena Thomas Harman menyampaikan bahwa ketidakseimbangan mikrobioma usus dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan tidur dan kualitas tidur yang lebih buruk.

Harman yang bekerja dengan Holland & Barrett menjelaskan lebih lanjut, hal itu disebabkan oleh interaksi antara bakteri usus dan pengaturan hormon tidur. Dengan kata lain, memperbaiki usus dapat membantu tidur lebih nyenyak.

Kesehatan usus dan potensi penambahan berat badan juga amat terkait. Bakteri usus menghasilkan senyawa yang dikenal sebagai asam lemak rantai pendek (SCFA), yang memengaruhi produksi hormon yang bertanggung jawab atas rasa lapar dan kenyang.

"Dengan bakteri usus yang sehat, cenderung menghasilkan lebih banyak SCFA, yang menyebabkan berkurangnya rasa lapar dan meningkatnya rasa kenyang. Ini memiliki dampak langsung pada kebiasaan makan dan berat badan," ucap Harman.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler