FBI Tembak Seorang Pria yang Ancam Presiden Biden

Pria itu melakukan ancaman menjelang kunjungan presiden ke Utah.

AP
Petugas penegak hukum Amerika Serikat telah menembak seorang pria Utah yang diduga melakukan ancaman terhadap Presiden Joe Biden
Rep: Rizky Jaramaya Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Petugas penegak hukum Amerika Serikat telah menembak seorang pria Utah yang diduga melakukan ancaman terhadap Presiden Joe Biden, Wakil Presiden Kamala Harris, dan Jaksa Distrik Manhattan Alvin Bragg. Pria itu melakukan ancaman menjelang kunjungan presiden ke Utah.
 
Biro Investigasi Federal (FBI) mengatakan, agennya berusaha untuk memberikan surat perintah penggeledahan dan penangkapan pada Rabu (9/8/2023) pagi ke kediaman Craig Robertson di Provo, Utah, selatan Salt Lake City. Sumber penegak hukum yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada The Associated Press, Robertson membawa senjata ketika FBI melakukan penggeledahan. Robertson tewas dalam baku tembak dengan petugas FBI.
 
"FBI menganggap serius semua insiden penembakan yang melibatkan agen atau anggota gugus tugas kami," kata pernyataan FBI.
 
Penembakan itu terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran kekerasan politik di AS, terutama setelah serangan di Capitol AS pada 6 Januari 2021. Robertson menghadapi tiga tuduhan kejahatan, termasuk membuat ancaman antar negara bagian, mengancam presiden, serta menghalangi dan melawan petugas penegak hukum federal dengan ancaman.
 
Pengaduan pidana terhadap Robertson menyoroti unggahan yang ditulisnya di media sosial. Dalam unggahan itu, Robertson mengungkapkan hasrat kekerasan terhadap musuh mantan presiden Donald Trump.
 
Dalam sebuah unggahan di Facebook pada Senin (7/8/2023), Robertson mengatakan, dia telah mengetahui tentang kunjungan Biden ke Utah. "Saatnya membersihkan debu di senapan sniper M24," tulis Robertson.
 
Dalam unggahan sebelumnya, pada September 2022, Robertson diduga menulis, “Waktunya tepat untuk satu atau dua pembunuhan presiden.  Pertama Joe lalu Kamala!!!”
 
Biden singgah di Utah pada Rabu (8/8/2023) sebagai bagian dari perjalanan melintasi Amerika Serikat bagian barat. Sementara Bragg, jaksa wilayah yang mengajukan dakwaan pidana pertama terhadap Trump di New York, juga menjadi sasaran. FBI telah menerima peringatan tentang aktivitas Robertson pada Maret setelah dia membuat unggahan di platform Truth Social tentang keinginan untuk membunuh Bragg.
 
Robertson menggambarkan dirinya sebagai "MAGA Trumper", mengacu pada akronim slogan Trump, "Make America Great Again". Detail tentang keadaan seputar kematian Robertson belum dirilis.
 
Namun penembakan itu telah menarik perhatian pada ancaman kekerasan politik yang sedang berlangsung di AS.  Sebuah laporan yang diterbitkan oleh kantor berita Reuters pada Rabu mengatakan, AS saat ini mengalami kekerasan politik pada tingkat yang belum pernah terjadi sejak tahun 1970-an. Sebagian besar kekerasan didorong oleh kelompok sayap kanan.
 
Dibandingkan dengan ancaman hari ini, kekerasan politik pada tahun 1970-an sebagian besar dilakukan oleh kelompok sayap kiri radikal yang menargetkan properti tetapi menghindari pembunuhan orang. Tren tersebut telah berubah. Kini penembakan massal marak terjadi di AS. Belum lama ini terjadi penembakan di Portland, Oregon, dan Buffalo, New York,  oleh individu yang mengekspresikan sentimen sayap kanan. Sejak gerombolan pendukung Trump menyerbu US Capitol pada 6 Januari 2021, Reuters mencatat 14 kasus kekerasan politik yang fatal dan 13 di antaranya dilakukan oleh penyerang sayap kanan dan satu dari kiri.

Baca Juga


sumber : Reuters / AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler