Berkaca dari Kasus Covid-19 di Inggris, Akankah Varian Eris Jadi Lebih Mengkhawatirkan?
Varian Arcturus masih mendominasi Inggris, disusul varian Eris.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa pekan ke depan, status keganasan atau kedaruratan yang dapat ditimbulkan varian Eris akan terlihat dari peningkatan kasus Covid-19 di Inggris. Terlebih, pada September, anak-anak akan kembali ke sekolah dan interaksi masyarakat semakin intens di ruang tertutup.
"Jika kasusnya meningkat, rawat inap meningkat lebih cepat dari yang diperkirakan atau bertahan lebih lama dari biasanya, maka tindakan
tindakan proaktif yang lebih baik kemungkinan akan diperlukan," kata Dosen Utama Kesehatan Masyarakat University of Bedfordshire, Dr Chris Papadopoulos, dikutip dari Express, Jumat (11/8/2023).
Varian baru SARS-CoV-2, yakni EG.5.1 alias Eris, saat ini kasusnya tengah meningkat di Inggris. Turunan dari varian Omicron ini pertama kali terdeteksi di Inggris pada 31 Juli 2023 lalu, dan sekarang tercatat menyumbang satu dari 10 kasus Covid-19.
Menurut The UK Health Security Agency, varian Arcturus masih menjadi strain yang paling umum di Inggris hingga saat ini. Kasusnya berbeda dengan di Amerika Serikat, di mana dominasi Arcturus telah tergantikan oleh Eris.
Meskipun tidak menempati posisi utama di Inggris, Dr Papadopoulos mendesak bahwa kewaspadaan masih sangat penting. Secara historis, kurva peningkatan epidemi cenderung stabil, dan menurun sekitar enam hingga delapan pekan setelah permulaannya.
"Jika kita tidak mengamati tren ini dengan varian Eris, terutama jika tingkat rawat inap meningkat secara bersamaan, maka akan ada lebih banyak yang perlu dikhawatirkan," ujar dia.
Meski begitu, Dr Papadopoulos menyebut bahwa masyarakat tidak perlu terlalu khawatir untuk saat ini. Meski kemunculan Eris patut diwaspadai, tingkat kasus Covid-19 secara keseluruhan saat ini tetap cukup rendah.
Selain itu, upaya vaksinasi yang meluas dan pilihan pengobatan yang lebih baik masih menjadi senjata ampuh dalam memerangi Covid-19. Terlepas dari jumlah kasus Covid-19 yang rendah secara keseluruhan, Dr Papadopoulos menyebut bahwa ancaman yang ditimbulkan oleh virus SARS-CoV-2 belum sepenuhnya hilang.
"Munculnya varian baru seperti Eris, dikombinasikan dengan faktor-faktor seperti berkurangnya kekebalan dan sebagian besar orang telah berbulan-bulan sembuh dari infeksi atau vaksinasi terakhir mereka, itu berpotensi mempercepat gelombang lain. Saya kira kita belum keluar dari hutan, jadi kita harus terus waspada," katanya.
Meskipun saat ini tidak ada daftar gejala khusus yang dikaitkan dengan EG.5.1, varian baru ini diyakini memicu gejala yang mirip dengan Omicron. Dr Papadopoulos mengatakan gejala yang paling umum adalah hidung berair atau tersumbat, sakit kepala, kelelahan (ringan dan berat), bersin, dan sakit tenggorokan.
"Meskipun tumpang tindih dengan varian lain, gejala itu berbeda dari gejala klasik seperti sesak napas dan hilangnya penciuman atau pengecap," ujar dia.