Vaksin Covid-19 Lebih Efektif Bila Dosis Primer-Booster Disuntikkan di Lengan yang Sama
Proteksinya lebih bagus jika vaksin primer-booster disuntikkan di lengan yang sama.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksin Covid-19 dosis primer dan booster sebaiknya disuntikkan pada sisi lengan yang sama. Menurut studi, cara penyuntikan vaksin Covid-19 ini dapat memberikan proteksi yang lebih baik.
Temuan ini diungkapkan dalam sebuah studi yang dilakukan oleh tim peneliti asal Jerman. Studi yang dipublikasikan dalam EBioMedicine ini melibatkan 303 orang sebagai partisipan.
Para partisipan dalam studi ini telah menerima vaksin Covid-19 primer dan booster berjenis vaksin MRA. Para partisipan juga tidak pernah terkena Covid-19 sebelum vaksinasi.
Sebanyak 147 partisipan menerima suntikan vaksin primer dan booster pada sisi lengan yang sama. Sedangkan partisipan lainnya menerima suntikan vaksin primer dan booster di dua sisi lengan yang berbeda. Hasil studi menunjukkan bahwa jumlah sel T yang berperan dalam memberikan proteksi tampak lebih tinggi pada 147 partisipan yang menerima suntikan vaksin primer dan booster di lengan yang sama.
Sebagai perbandingan, sel T ditemukan pada 67 persen partisipan yang menerima suntikan di lengan yang sama. Sedangkan pada partisipan yang menerima suntikan vaksin di lengan berbeda, sel T hanya ditemukan pada 43 persen partisipan.
"Ini mengindikasikan bahwa pemberian vaksin (primer serta booster) di lengan yang sama berpeluang memberikan proteksi yang lebih baik bila orang tersebut terinfeksi virus SARS-CoV-2," ujar peneliti dari Saarland University, Laura Ziegler, seperti dilansir WebMD pada Kamis (24/8/2023).
Pemberian vaksin primer dan booster di lengan yang sama bisa lebih efektif karena sel-sel yang memberikan respons imun berada di kelenjar getah bening lokal. Oleh karena itu, respons imun yang lebih besar akan muncul bila sel-sel imun di kelenjar getah bening mendapatkan stimulasi ulang pada lokasi yang sama, menurut Profesor di bidang penyakit menular dari Vanderbilt University Medical Center, William Schaffner MD, yang tidak terlibat dalam studi.
Menurut tim peneliti dari Saarland University, studi lebih lanjut perlu dilakukan untuk memperkuat temuan ini. Itu juga penting dilakukan untuk mengetahui apakah efek serupa akan terjadi pada jenis vaksin lain, seperti vaksin flu.