Mengapa Malaikat Khawatir dengan Penciptaan Adam Oleh Allah SWT?

Allah SWT menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi

Pixabay
Ilustrasi bumi yang menjadi tempat Nabi Adam. Allah SWT menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi
Rep: Fuji E Permana Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA – Kisah penciptaan Nabi Adam Alaihissalam pastilah telah diketahui oleh masyarakat umum khususnya umat Islam. Ketika Allah SWT menciptakan Nabi Adam, malaikat seolah khawatir dan mempertanyakan mengapa Allah SWT menciptakan makhluk yang akan berbuat kerusakan di bumi nantinya. 

Baca Juga


Pertanyan malaikat tersebut mengindikasikan seolah malaikat tahu bahwa manusia memang akan berbuat kerusakan di bumi dan saling menumpahkan darah. 

Maka muncul pertanyaan, mengapa malaikat bisa seolah-olah tahu dan khawatir manusia akan berbuat kerusakan di bumi? 

Dalam buku Kisah Para Nabi Pra Ibrahim Dalam Perspektif Al-Qur'an dan Sains yang disusun Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menjawab pertanyaan tersebut. 

Nabi Adam alaihissalam sebagai manusia pertama di bumi diyakini tiga agama besar yakni Yahudi, Kristiani, dan Islam. Riwayat Nabi Adam tertulis baik pada Kitab Perjanjian Lama (Kitab Kejadian) dan Alquran. 

Kitab-kitab tersebut umumnya meriwayatkan Nabi Adam, sejak penciptaannya, kehidupannya di Jannah (Taman Surga), hingga terjerumusnya Nabi Adam oleh godaan iblis, serta keluarnya Nabi Adam dari Taman Surga.  

Meski Alquran tidak menyebutkan riwayat Nabi Adam setelah keluar dari Taman Surga. Namun riwayat kedua putra Nabi Adam tertulis secara singkat dalam Alquran di surat al-Maidah ayat 27 sampai 31. Riwayat Nabi Adam juga tersebar dalam banyak surat di dalam Alquran. Di antaranya dalam Surat Al-Baqarah ayat 30 sampai 34 dan 35 sampai 37.  

Ketika Allah SWT menyatakan kepada para malaikat kehendak-Nya menciptakan khalifah di muka bumi, para malaikat memberikan respons mereka, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah tersebut. 

Pertanyaan para malaikat didasarkan pada kekhawatiran bahwa makhluk manusia ini nantinya justru akan membuat kerusakan di muka bumi dan menumpahkan darah. Allah SWT kemudian menjawabnya dengan berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” 

Baca juga: Cerita Mantan Menkes Lolos dari Maut, Kamar yang Disiapkan untuknya Ditembaki Israel

Lantas, bagaimana bisa para malaikat khawatir manusia yang akan diciptakan Allah SWT itu akan membuat kerusakan di muka bumi dan senang menumpahkan darah (berperang)? Ada dua kemungkinan jawaban atas pertanyaan ini. 

Pertama, malaikat diciptakan dari cahaya, gelombang elektromagnetik yang dapat menembus ruang dan waktu. Oleh karena itu, malaikat bisa mengetahui apa yang akan terjadi di masa datang. 

Dengan begitu, tabiat manusia yang memang nantinya akan bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan serta senang berperang, telah diketahui para malaikat. 

Kedua, sebelum Nabi Adam...

Kedua, sebelum Nabi Adam diciptakan, bumi telah dihuni oleh makhluk seperti manusia (manusia purba), yang belum tergolong homo sapiens atau homo sapiens yang besar otaknya sudah sama dengan makhluk modern sekarang ini yakni Bani Adam (anak cucu Nabi Adam). 

Otak manusia purba relatif lebih kecil dibanding otak Bani Adam, dan cara berjalannya pun belum setegak homo sapiens. Makhluk seperti manusia ini umumnya belum tergolong ke dalam jenis homo (manusia), namun sudah menghuni bumi sebelum datangnya Nabi Adam.  

Malaikat dapat mengetahui bahwa dari riwayatnya makhluk-makhluk manusia purba ini sering berperang satu sama lain dan membuat kerusakan di bumi. 

Penjelasan singkat, makhluk-makhluk mirip manusia atau sering disebut manusia purba. 

1. Jenis Sahelanthropus (hidup di bumi 7 juta tahun yang lalu), antara lain: Sahelanthropus tchadensis 

2. Jenis Orrorin (hidup di bumi 6 juta tahun yang lalu), antara lain: Orrorin tugenensis 

3. Jenis Ardipithecus (hidup di bumi 5,5 juta - 4,5 juta tahun yang lalu), antara lain: Ardipithecus kadabba 

4. Jenis Australophitecus (hidup di bumi 4 - 2 juta tahun yang lalu), antara lain: Australophitecus Ananensis dan Australophitecus Africanus  

5. Jenis Parathropus (hidup di bumi 3 - 1,2 juta tahun yang lalu), antara lain: Parathropus Aethiopicus 

6. Jenis Homo ( hidup di bumi 2 juta tahun yang lalu hingga sekarang), antara lain: Homo hobilis (2,4 - 1,4 juta tahun yang lalu), Homo erectus (1,8 juta–70 ribu tahun yang lalu), Homo neanderthalensis (250 ribu–30 ribu tahun yang lalu), Homo sapiens (250 ribu-sekarang). 

Homo sapiens adalah satu-satunya jenis dari marga Homo yang tidak punah. Banyak jenis Homo lainnya yang hidup di masa lalu punah dari muka bumi.  

Mungkin saja salah satu darinya merupakan moyang dari Homo sapiens. Akan tetapi, tentunya banyak yang lain yang berperan sebagai “sepupu” yang tidak dalam jalur yang dekat dengan manusia modern saat ini.  

Baca juga: Jangan Lelah Bertobat kepada Allah SWT, Begini Pesan Rasulullah SAW

Sampai saat ini belum ada kesepakatan di antara para peneliti, kelompok mana yang merupakan jenis terpisah dan jenis mana yang merupakan kerabat dekat manusia modern. 

Tiadanya kesepakatan ini disebabkan oleh banyak hal, di antaranya masih minimnya bukti fosil yang diperlukan untuk mengidentifikasi, dan belum adanya kesepahaman dalam penggunaan karakter untuk mengidentifikasi marga Homo.  

 

Variasi-variasi fisik yang terjadi karena pola migrasi dan pola diet harus dimasukkan dalam studi yang lebih rinci. Tradisi (turas, folklore) Islam menyebutkan bahwa riwayat Nabi Adam terjadi sekitar 6.000 sampai 5.000 tahun yang lalu (Al-Maghluts, 2008), maka jelas tarikh Bani Adam jauh lebih muda dibanding awal munculnya manusia purba jenis Homo.  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler