Benarkah Jejak ‘Alien’ Ada di Papua Nugini? Ilmuwan Harvard Ungkap Teorinya

Para ilmuwan menemukan material yang diduga berasal dari luar Bumi.

Lynette Cook/WM Keck Observatory
Para ilmuwan mengklaim bahwa mereka telah menemukan material yang berasal dari luar tata surya untuk pertama kalinya dalam sejarah./ilustrasi
Rep: Santi Sopia Red: Natalia Endah Hapsari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Para ilmuwan mengklaim bahwa mereka telah menemukan material yang berasal dari luar tata surya untuk pertama kalinya dalam sejarah. Fisikawan Harvard yang khusus meneliti makhluk luar angkasa alias alien, Profesor Avi Loeb, mengatakan analisis awal terhadap pecahan logam yang ditemukan timnya dari Samudera Pasifik pada bulan Juni menunjukkan bahwa pecahan tersebut berasal dari tata surya.

Baca Juga


Sisa-sisa tersebut berasal dari benda mirip meteor yang jatuh di lepas pantai Papua Nugini pada tahun 2014, namun Profesor Loeb tidak menutup kemungkinan bahwa benda tersebut mungkin merupakan pecahan pesawat alien. Tim menemukan sekitar 700 bola logam kecil selama ekspedisi, dan 57 bola yang dianalisis mengandung komposisi yang tidak cocok dengan paduan logam alami atau buatan manusia.

Temuan ini belum menjawab apakah bola tersebut berasal dari buatan atau alami, yang menurut Profesor Loeb adalah pertanyaan selanjutnya yang ingin dijawab oleh penelitiannya.

“Ini adalah penemuan bersejarah karena ini merupakan pertama kalinya manusia menyentuh material dari benda besar yang datang ke Bumi dari luar tata surya,” kata Profesor Loeb, dikutip dari Daily Mail, Kamis (31/8/2023).

Analisis komposisi bola dilakukan oleh Stein Jacobsen dan tim laboratorium kosmokimia di Harvard University. Profesor Loeb mengaku sangat senang ketika Stein Jacobsen melaporkan kepadanya tentang temuan ini berdasarkan hasil di laboratoriumnya.

Disebutkan bahwa Stein adalah ahli geokimia yang sangat konservatif dan profesional dengan reputasi dunia. Dia tidak memiliki bias atau agenda apa pun dan berharap menemukan bola yang familiar dengan komposisi tata surya.

Namun data tersebut menunjukkan sesuatu yang baru, yang belum pernah dilaporkan dalam literatur ilmiah. 

Profesor Loeb juga mengatakan kepada bahwa penelitian di masa depan akan menjawab apakah pecahan tersebut hanyalah bagian dari batuan luar angkasa atau puing-puing teknologi alien yang telah melayang di kosmos selama ribuan tahun.

“Untuk saat ini, kami ingin memeriksa apakah material tersebut berasal dari luar tata surya,” kata dia.

Keberhasilan ekspedisi ini menggambarkan pentingnya mengambil risiko dalam sains meskipun ada banyak rintangan sebagai peluang untuk menemukan pengetahuan baru. Loeb dan timnya menerbitkan penelitian mereka mengenai temuan tersebut, yang belum ditinjau oleh rekan sejawat.

Laporan tersebut menyatakan bahwa pecahan tersebut  yang dikenal sebagai spherules, tampak bersarang, menunjukkan bahwa tetesan cairan menyerap tetesan cairan yang lebih kecil yang sebelumnya membeku. Tekstur pada permukaan benda bulat menunjukkan pendinginan yang cepat.

Analisis terhadap fragmen menunjukkan bahwa fragmen tersebut kaya akan Berilium, lantanum, dan uranium, serta rendahnya kandungan unsur yang mengikat besi, seperti Renium, salah satu unsur paling langka yang ditemukan di Bumi. Meskipun unsur-unsur tersebut ditemukan di Bumi, Profesor Loeb menjelaskan polanya tidak sesuai dengan paduan yang ditemukan di planet kita, bulan, Mars, atau meteorit alami lainnya di tata surya.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler