Hidup tak Tenang, Mantan Kapten Liverpool Ini Kesulitan Lepas dari Belenggu Komunitas LGBT

Ia adalah poros utama dari kampanye LGBT di Inggris.

EPA-EFE/ADAM VAUGHAN
Manajer Liverpool Jurgen Klopp (Kiri), James Milner (Tengah) dan Jordan Henderson (Kanan) bereaksi setelah pertandingan Liga Utama Inggris antara Liverpool FC dan Aston Villa di Liverpool, Sabtu (20/5/2023).
Rep: Anggoro Pramudya Red: Gilang Akbar Prambadi

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Meski sudah pindah ke Liga Arab Saudi dengan gelimang harta, Jordan Henderson masih harus direpotkan oleh urusan LGBT. Sosok yang lama menjadi kapten Liverpool itu dikenal sebagai rekan karib orang-orang homoseksual di Inggris. 

Henderson adalah poros utama dari kampanye Rainbow Laces, mengenakan ban kapten berwarna pelangi saat menjadi kapten Liverpool. Ternyata belenggu komunitas itu masih menjeratnya. 

Ia menimbulkan kontroversi musim panas ini dengan kepindahannya ke Arab Saudi, di mana homoseksualitas adalah ilegal. Henderson tampak tak tenang, ia kemudian secara terbuka meminta maaf kepada komunitas LGBTQ atas kepindahannya ke Arab Saudi musim panas kemarin. Ia menilai setiap masyarakat memilih hak dan keyakinannya masing-masing.

"Saya dapat memahami rasa frustrasi dan kemarahan dari komunitas LGBTQ. Yang bisa saya katakan adalah saya menyesal mereka merasa seperti itu, niat saya tak pernah menyakiti siapa pun," kata Henderson menjelaskan kepada The Athletic, dilansir Independent, Selasa (5/9/2023).

Pemain internasional Inggris bergabung dengan Al-Ettifaq asuhan Steven Gerrard dengan harga 12 juta pounds, diketahui menjadi pendukung vokal komunitas LGBT dan berkampanye untuk inklusi mereka dalam dunia olahraga.

Di Inggris, Henderson dikenal sangat vokal saat membela kaum LGBT... 

 

Henderson berhati-hati ketika ditanya tentang keterlibatannya dalam kampanye Rainbow Laces di masa depan, dengan menyoroti kemungkinan bahwa kampanye tersebut dapat tidak menghormati agama dan budaya di Arab Saudi.

Jordan Henderson ketika dengan bangga menggunakan ban kapten pelangi di Liverpool. (EPA-EFE/Peter Powell )

Pesepak bola berusia 33 tahun menegaskan kepindahannya ke Liga Arab Saudi akan berdampak positif, tapi ia tak memperkirakan adanya perubahan berarti.

"Saya tidak bisa menjanjikan apa pun, tapi yang bisa saya lakukan adalah mengatakan saya memiliki nilai-nilai dan keyakinan saya, tapi saya harus bisa menerima bahwa tidak semua orang akan mendapatkannya. Jadi, itu sebabnya saya hanya bisa meminta maaf kepada orang-orang itu jika mereka merasa seperti itu."

Arab Saudi memang melarang homoseksualitas dan bisa mengeksekusi mati penyuka sesama jenis. Kepindahan Henderson ke Al Ettifaq dianggap mengkhianati dukungan sang pemain kepada kelompok LGBT.

 Apa itu Rainbow Laces? ... 

 

Rainbow laces adalah salah satu cara yang dilakukan Liga Primer Inggris untuk ikut mengampanyekan kesetaraan hak bagi kaum LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual and Transgender). Namun kerap kali terjadi salah paham yang terjadi atas kampanye yang sudah dilakukan otoritas liga sejak 2016 silam.

Baca Juga


Henderson sendiri selalu jadi andalan kelompok tersebut untuk mengampanyeka LGBTQ. Namun, kepindahannya ke Arab tak dapat diterima kaum homoseksual.

Pemandangan kampanye Rainbow Laces di atas lapangan jelang laga Liga Primer Inggris. - (EPA-EFE/LYNNE CAMERON)

Pendukung the Reds, Keith Spooner, merasa kecewa dengan keputusan Henderson bergabung dengan Al-Ettifaq. Ia mengatakan mengerti jika secara pribadi alasan dia pindah ke Arab Saudi demi uang dan menit bermain.

“Tapi saya pikir sebagai advokat atau sekutu orang-orang yang LGBT, apakah itu dalam olahraga atau kehidupan, ada dampaknya. Atas tindakan Anda, dan keputusannya untuk pergi ke Arab Saudi dan bermain di sana jelas telah merusak reputasinya," kata Spooner kepada BBC Sport Intermational beberapa waktu lalu. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler