Ukraina Gunakan Sistem Satelit Milik Elon Musk untuk Lawan Rusia
Sistem Starlink tidak berfungsi selama beberapa waktu di Krimea yang diduduki Rusia.
REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Sistem satelit Starlink milik Elon Musk digunakan oleh pasukan Ukraina di semua lini depan dalam perang melawan Rusia. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Direktorat Intelijen Utama Ukraina, Kyrylo Budanov, yang dikutip kantor berita Interfax.
“Mereka sudah membuktikan diri di lini depan. Anda dapat mengatakan apa yang Anda inginkan tentang apakah (sistem Starlink) baik atau buruk, tetapi fakta adalah fakta. Benar-benar semua lini depan menggunakannya,” ujar Budanov.
Budanov berbicara pada pertemuan tahunan Strategi Eropa Yalta yang diselenggarakan oleh Victor Pinchuk Foundation. Kepala mata-mata tersebut juga memberikan penilaian positif tentang perbedaan yang dibuat Starlink dalam perang tersebut.
“Mereka telah memainkan peran penting, karena begitu banyak sistem yang menggunakan antena, menggunakan sistem Starlink itu sendiri, untuk komunikasi, untuk transmisi drone, terutama dalam hal pos komando jarak jauh, dan sebagainya," kata Budanov.
Budanov juga mengatakan, sistem Starlink tidak berfungsi selama beberapa waktu di Krimea yang diduduki Rusia. “Saya benar-benar dapat memastikan bahwa sistem Starlink tidak berfungsi selama jangka waktu tertentu di dekat Krimea,” ujar Budanov.
Pengungkapan tentang penggunaan sistem satelit dalam perang dituangkan dalam biografi baru pemilik Starlink, yang ditulis oleh Walter Isaacson dan diberi judul “Elon Musk”. Menurut kutipan dari buku tersebut, Musk diam-diam memerintahkan para insinyurnya untuk mematikan jaringan komunikasi satelit Starlink perusahaannya di dekat pantai Krimea tahun lalu, dengan tujuan mengganggu serangan diam-diam Ukraina terhadap armada angkatan laut Rusia.
"Saat drone kapal selam Ukraina yang dilengkapi bahan peledak mendekati armada Rusia, mereka kehilangan konektivitas dan terdampar di darat tanpa membahayakan,” ujar Isaacson, dilansir CNN, Ahad (10/9/2023).
Keputusan Musk membuat para pejabat Ukraina memintanya untuk menghidupkan kembali satelitnya. Hal ini didorong oleh ketakutan yang akut bahwa Rusia akan menanggapi serangan Ukraina di Krimea dengan senjata nuklir. Isaacson mengatakan, ketakutan ini dipicu oleh percakapan Musk dengan para pejabat senior Rusia.
Musk menanggapi kutipan buku Isaacson pada Kamis (7/9/2023) malam di platform media sosial X, platform yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter. Musk menegaskan, layanan Starlink yang disediakan oleh perusahaannya SpaceX tidak pernah aktif di Krimea dan Pemerintah Ukraina membuat permintaan darurat kepadanya untuk mengaktifkan layanan.
“Ada permintaan darurat dari otoritas pemerintah untuk mengaktifkan Starlink hingga Sevastopol," ujar Musk.
“Tujuannya jelas adalah untuk menenggelamkan sebagian besar armada Rusia yang sedang berlabuh. Jika saya menyetujui permintaan mereka, maka SpaceX akan secara eksplisit terlibat dalam tindakan perang dan eskalasi konflik yang besar," kata Musk.