Ironi Damkar Tasikmalaya: Atasi Berbagai Macam Laporan, Tapi Bermarkas di Depo Ikan
Markas damkar idealnya memiliki barak sebagai tempat istirahat para petugas
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Bayu Adji A/Wartawan Republika
Sejumlah helm milik petugas pemadaman kebakaran (damkar) berjajar tergantung di sebuah papan. Sementara petugasnya sedang duduk bersantai di bangunan bekas kolam ikan yang tak terpakai di kompleks Depo Ikan, Jalan Letnan Harun, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya.
Tempat itu merupakan markas Damkar Kota Tasikmalaya. Sejak 2021, petugas Damkar Kota Tasikmalaya menempati dua ruangan di Depo Ikan yang tak terpakai sebagai markas.
Dua ruangan itu tentu tak mampu untuk menyimpan seluruh peralatan yang ada, sehingga para petugasnya tak memiliki ruangan untuk beristirahat. Alhasil, bangunan bekas kolam ikan yang tak terpakai itu dijadikan sebagai tempat istirahat para petugas damkar.
"Kalau melihat fasilitas, memang belum representatif. Karena anggota yang piket, kadang tidur di luar," kata Kepala Bidang Damkar Kota Tasikmalaya, Boedi Santosa, Selasa (12/9/2023).
Menurut dia, markas damkar itu idealnya memiliki barak sebagai tempat istirahat para petugas. Namun, kondisi yang dirasakan para petugas Damkar Kota Tasikmalaya masih jauh dari ideal.
Alih-alih memiliki barak, para petugas justru membuat sendiri tempat istirahatnya di bekas kolam Depo Ikan.
"Kalau dikatakan nyaman, jauh. Apalagi ini tempat terbuka. Angin malam juga berpengaruh terhadap kesehatan," ujar Boedi.
Berdasarkan pantauan Republika, di tempat istirahat itu terdapat kasur yang biasa digunakan untuk tempat tidur petugas ketika piket malam. Selain itu, terdapat juga kompor yang biasa digunakan untuk memasak.
Boedi mengatakan, terdapat 46 personel yang bertugas di Damkar Kota Tasikmalaya. Dari 46 personel itu, terdapat tiga regu piket yang harus siaga secara bergantian selama 24 jam.
"Setiap regu piket itu ada 11-12 orang. Kalau lagi piket malam, sebagian tidurnya di luar," kata dia.
Ia mengakui, terdapat dua ruangan tertutup yang dapat digunakan oleh Damkar Kota Tasikmalaya untuk dijadikan markas. Namun, dua ruangan itu hanya bisa dijadikan tempat penyimpanan arsip atau dokumen dan tempat menerima tamu atau istirahat sebagian personel.
Boedi menambahkan, bukan hanya kondisi kantor yang tidak representatif, peralatan pemadam yang ada juga masih kurang ideal. Menurut dia, dari total lima unit kendaraan damkar yang ada, hanya dua unit yang masih berfungsi optimal.
"Tiga kendaraan lainnya sudah tidak layak operasi. Meski begitu, kami tetap semangat menjalankan tugas. Setiap laporan, kami tangani. Bahkan hal yang di luar kasus kebakaran," kata dia.
Atas kondisi itu, ia berharap Damkar Kota Tasikmalaya dapat memiliki kantor dan peralatan yang representatif ke depannya. Dengan kantor dan peralatan yang representatif, kinerja para petugas tentu akan meningkat.
"Mudah-mudahan tahun depan bisa terealisasi," ujar Boedi.