Pakar Virus Nipah India Ambil Sampel Kelalawar dan Buah di Kerala

Sejak 2018 Kerala sudah berjuang melawan virus yang belum ada vaksinnya itu.

EPA
Kelelawar buah yang terinfeksi menjadi salah satu penyebab penyebaran virus Nipah.
Rep: Lintar Satria Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- India menyebar pakar di negara bagian Kerala, India selatan untuk mengumpulkan sampel cairan dari kelelawar dan pohon buah-buahan. Dua orang meninggal dan tiga lainnya positif virus mematikan Nipah di wilayah itu.

Baca Juga


Sejak 2018 Kerala sudah berjuang melawan virus yang belum ada vaksinnya itu. Virus Nipah menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh kelelawar, babi, atau manusia yang terinfeksi, membunuh hingga 75 persen dari mereka yang terinfeksi.

"Kami sedang menguji manusia dan pada saat yang sama para ahli mengumpulkan sampel cairan dari kawasan hutan yang mungkin menjadi titik panas penyebarannya," kata Menteri Kesehatan Kerala Veena George, Kamis (14/9/2023).

Sampel urin kelelawar, kotoran hewan, dan buah yang setengah dimakan dikumpulkan dari Maruthonkara, desa tempat korban pertama tinggal. Desa itu terletak di samping hutan seluas 121 hektar yang merupakan rumah bagi beberapa spesies kelelawar.

Selama wabah pertama di Kerala tahun 2018 kelelawar buah dari daerah tersebut dinyatakan positif mengidap virus Nipah. “Kami berada di  tahap sangat waspada dan terus melakukan deteksi,” kata George.

Ia  menambahkan 77 orang telah diidentifikasi berisiko tinggi tertular. Selama 48 jam terakhir hampir 800 orang dites di distrik Kozhikode, Kerala. Dua orang dewasa dan seorang anak dilarikan ke rumah sakit untuk observasi setelah terbukti positif.

Kantor-kantor, gedung-gedung pemerintah, pusat-pusat pendidikan dan lembaga-lembaga keagamaan ditutup di sembilan desa di distrik tersebut. Sementara operasi angkutan umum di daerah-daerah yang berisiko terkena dihentikan sementara.

Negara bagian Karnataka dan Tamil Nadu yang bertetangga dengan Kerala memerintahkan warga Kerala untuk melakukan tes. Dua negara bagian ini berencana mengisolasi siapa pun yang menunjukkan gejala influenza.

Virus ini dapat menginfeksi berbagai hewan, sehingga meningkatkan kemungkinan penyebaran. Penyakit ini dapat ditularkan melalui kontak langsung atau melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi.

Penyakit ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 1999 saat terjadi wabah penyakit di kalangan peternak babi dan kelompok masyarakat lain yang melakukan kontak dekat dengan hewan tersebut di Malaysia dan Singapura.

Wabah ini terjadi secara sporadis dan infeksi sebelumnya di Asia Selatan dapat ditelusuri dari konsumsi barang-barang yang terkontaminasi kotoran kelelawar.

Wabah Nipah pertama di Kerala menewaskan 21 dari 23 orang yang terinfeksi. Sementara wabah berikutnya pada tahun 2019 dan 2021 menewaskan dua orang.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler