7 Kunci Berhasilnya Dialog Orang Tua dan Anak Sesuai Tuntunan Islam
Dialog juga harus dilakukan dalam mendidik anak.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dialog adalah dasar untuk mendidik manusia dan meyakinkan berbagai lapisan generasi, muda atau tua. Di dalam Alquran terdapat banyak dialog antara Allah dan malaikat, antara Allah dan rasul-Nya, dan antara rasul dan umatnya.
Misalnya, dialog antara Nabi Musa AS dengan Firaun. Lalu dialog antara Nabi Nuh, Hud, Shaleh, Luth, dan Syu'aib dengan kaumnya. Demikian pula dialog Nabi Ibrahim dengan kaumnya dan dengan Namrud, dan juga dengan putranya, Ismail.
Termasuk Nabi Muhammad SAW, yang dalam banyak hadits menunjukkan adanya dialog antara Nabi Muhammad dan para sahabat. Nabi SAW memulai dengan pertanyaan lalu dijawab oleh para sahabat, kemudian diberi penjelasan oleh Nabi SAW.
Dialog juga harus dilakukan dalam mendidik anak. Namun, dalam berdialog dengan anak, ada beberapa hal yang penting diperhatikan. Berikut ini kunci keberhasilan dialog anatra orang tua dan anak, dikutip dari Akhbarona.
Tujuh kunci berhasilnya dialog antara orang tua dengan anak
1. Membangun kepercayaan
Dialog tentu harus didasari dengan rasa cinta dan keinginan berbuat baik untuknya. Bukan sekadar memaksakan pendapat atau mengeluarkan perintah. Anak akan kehilangan kepercayaannya padamu dan tidak memberitahumu apa pun setelah itu.
Ketika anak memberitahu sesuatu yang penting atau sebuah rahasia kepada orang tua, maka janganlah menceritakan kepada orang lain soal rahasia itu. Agar anak tidak kehilangan kepercayaan kepada orang tuanya, dan setelah itu tetap memberitahu apapun yang dialaminya kepada orang tua.
2. Jangan mengejek pendapat anak
Hargai ide yang dilontarkan oleh anak. Jangan mengejek pendapat anak, tidak peduli seberapa kecil atau remeh pendapatnya menurut orang tua. Sekalipun betapa sederhananya ide anak tersebut. Jika merendahkan gagasan anak, maka bisa menghancurkan perasaan anak itu, dan frustasi.
3. Berkomunikasi dengan lembut dan tenang
Jangan sampai marah atau melakukan kekerasan, atau memaksakan pendapat dengan paksa, atau membatalkan pendapat dan pemikiran anak. Sebaliknya, justru orang tua harus berdiskusi dengan anak.
Dengarkan anak dengan seksama...
4. Dengarkan anak dengan seksama
Dengarkan anak baik-baik dan tunjukkan ketertarikan pada semua yang anak katakan. Jangan menyela saat dia berbicara sampai dia menyelesaikannya.
5. Sesuaikan diri dengan kapasitas anak
Dalam berdialog dengan anak, maka orang tua harus menyesuaikan diri dengan umur dan pengalaman hidup anak. Anak tidak akan mampu menyesuaikan dirinya dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki orang tua. Karena itu, orang tua perlu menghindari gaya dialog yang biasa digunakan kepada orang-orang dewasa.
6. Berbicara tentang minat anak
Orang tua perlu dialog dengan anak soal minat, seperti membicarakan berbagai hal yang disukainya. Atau olahraga yang dia sukai atau seni yang dia praktikkan, seperti menggambar. Dengan membicarakan topik yang anak sukai, maka ia akan senang bersamamu dan akan membuka banyak pintu yang mungkin selama ini tertutup.
7. Menangani kesalahan dengan baik
Jika anak mengakui suatu kesalahan kepada orang tua, maka atasi dengan cara yang halus dan baik. Berhati-hatilah agar tidak bersikap terlalu kasar, karena bisa jadi setelah itu anak tidak akan mengakuinya lagi kepada orang tuanya. Jika ini yang terjadi, orang tua akan kehilangan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan anak.