Sri Mulyani Waspadai Tren Kenaikan Harga Minyak Global
Kenaikan harga minyak dunia dalam waktu singkat tersebut telah menyita perhatian.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menyebut saat ini harga minyak dunia terus mengalami kenaikan. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, kenaikan harga minyak dunia dalam waktu singkat tersebut telah menyita perhatian.
“Kita lihat harga minyak brent mengalami kenaikan 9,8 persen (ytd), bahkan sudah mendekati 95 dolar AS per barel. Tentu kita mengikuti bahwa pergerakan harga minyak ini ditentukan oleh sinyal dari Saudi dan Rusia yang memang melakukan pengendalian dan pengurangan suplai dari minyak,” ujarnya saat konferensi pers virtual, Rabu (20/9/2023).
Dari sisi permintaan, kata Sri Mulyani, Amerika Serikat (AS) masih membutuhkan minyak dalam jumlah besar. Meskipun ekonomi AS cenderung lemah di tengah inflasi dan suku bunga yang tinggi.
"Permintaan terhadap minyak tidak turun bahkan dalam hal ini naik," ucapnya.
Adapun komoditas lain turut menjadi perhatian Sri Mulyani, antara lain batu bara, minyak kelapa sawit, kedelai dan jagung. Secara umum, komoditas tersebut mengalami koreksi bila dilihat secara tahunan atau year on year.
"Komoditas lain masih terus turun atau koreksi dibanding tahun lalu yang memang sangat exceptional," ucapnya.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Febrio Nathan Kacaribu memastikan APBN sampai saat ini masih bisa menopang kenaikan harga minyak dunia yang kembali melangit. Ia memastikan, pemerintah telah merancang APBN secara sehat dan memiliki mitigasi anggaran untuk menghadapi ketidakstabilan.
"APBN kita desain dari awal untuk selalu antisipatif ya. Naiknya berapa, pasti kita ada buffer-nya. Jadi cukup kita lihat saja dulu ke depan bagaimana, APBN tidak masalah," kata Febrio saat ditemui di International Geothermal Conference, Rabu (20/9/2023).
Pada rapat dengan DPR pekan lalu, Febrio juga mengatakan pemerintah perlu melakukan perubahan asumsi harga minyak mentah atau Indonesian Crude Price (ICP) serta lifting minyak dalam asumsi dasar makro RAPBN 2024.