Incar Pasar Greenfuel AS, RI Kembangkan Sistem Penelusuran Minyak Jelantah

Ketertelusuran ini agar minyak jelantah tak didaur ulang untuk industri pangan.

REPUBLIKA/DARMAWAN
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika.
Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melihat potensi pasar bahan bakar hayati ramah lingkungan (greenfuel), Indonesia mengembangan Sistem Informasi Minyak Jelantah (Simijel). Simijel merupakan platform digital berbasis data geotag location yang dikembangkan Asosiasi Exportir Minyak Jelantah Indonesia (AEMJI) dengan PT Incore System Solutions untuk ketertelusuran (traceability) atas rantai pasok pengumpulan minyak jelantah.

Baca Juga


Komoditas minyak jelantah ini akan dimanfaatkan menjadi bahan bakar ramah lingkungan (greenfuel) termasuk Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau green avtur dan Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) atau green diesel.

Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika meresmikan proses integrasi data antarplatform digital Simijel dengan Veriflux, penyedia platform teknologi informasi asal AS yang mengelola basis data rantai pasok, termasuk pengumpulan minyak jelantah di AS. Veriflux didukung oleh United States Environmental Protection Agency (US EPA) untuk menjamin ketertelusuran minyak jelantah hanya digunakan sebagai bahan baku industri greenfuel dan tidak disalahgunakan pada kegiatan food recycling.

Kemitraan Simijel-Veriflux dalam integrasi platform digital ini akan memperkuat akses pasar komoditas minyak jelantah dari Indonesia. "Tentunya tetap menjaga akses data ketertelusuran secara langsung dari perusahaan eksportir hanya kepada industri yang terotentifikasi sebagai pengguna langsung bahan baku minyak jelantah yang berada di Amerika Utara (end-to-end data exchange)," kata Putu di Jakarta, Kamis (21/9/2023).

Putu menyampaikan dukungan penuh Kemenperin atas langkah AEMJI dalam mengembangkan platform digital Simijel dalam rangka meningkatkan keberterimaan komoditas minyak jelantah pada negara tujuan ekspor, khususnya di Amerika Serikat. Kemenperin berharap implementasi Simijel juga akan meluas ke beberapa perusahaan pengumpul minyak jelantah sehingga menambah nilai minyak jelantah dari Indonesia berbasis data platform digital.

"Selain itu kami juga berharap Simijel dapat menjadi ikon pelaksanaan advanced logistic berbasis platform digital dalam skala lokal, regional, dan global,” ungkap Putu.

Komoditas minyak jelantah dimanfaatkan menjadi greenfuel termasuk Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau green avtur dan Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) atau green diesel. Ketertelusuran sendiri sangat populer di industri greenfuel dan telah menjadi persyaratan di pasar Uni Eropa dan AS.

 

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler