Tradisi Maulid Endog-endogan di Banyuwangi, Ini Respons Kiai Azaim Ibrahimy

Tradisi endog-endogan khusus peringati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Pesantren Salafiyah Syafiiyah
KHR Achmad Azaim Ibrahimy menjelaskan asal mula tradisi endog-endogan di Banyuwangi.
Rep: Muhyiddin Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Endog-endogan adalah salah satu tradisi unik yang berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia. Tradisi ini adalah bagian dari perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, yang merupakan hari peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga


Maulid Nabi dirayakan umat Islam di seluruh dunia, tetapi setiap daerah di Indonesia sering memiliki tradisi unik dalam merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW ini. 

Di Banyuwangi, Maulid Nabi dirayakan dengan cara yang unik melalui tradisi endog-endogan.

Dalam menjalankan tradisi ini, umat Islam di Banyuwangi menghias telur dengan bunga kertas. Lalu, telur hias itu ditancapkan di pohon pisang yang juga dihias. 

Hiasan itu lalu diarak keliling kampung menggunakan becak sembari membaca syair pujian pada Nabi Muhammad SAW.

Dalam tanya jawab di kanal Youtube Al Wafa Tarim, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo, KHR Ahmad Azaim Ibrahimy diminta untuk merespons adanya tradisi maulid Endog-Endogan tersebut.

Kiai Azaim pun menjelaskan bahwa tradisi tersebut digagas  kiai kharismatik dan ulama besar Banyuwangi, KH Abdullah Faqih. 

Ada juga informasi yang menyebut bahwa tradisi tersebut berawal dari amanah Syaikhona Kholil Bangkalan kepada salah satu santrinya di Banyuwangi.

“Tradisi ini digagas oleh seorang kiai bernama KH Abdullah Faqih dari Cemoro, Songgon, Banyuwangi dan beberapa informasi lagi adalah amanat yang diberikan KH Kholil Bangkalan kepada salah seorang santri beliau di Banyuwangi yang kemudian pesan inspiratif Ini diterjemahkan dalam tradisi Endog,” kata Kiai Azaim dikutip dari Al Wafa Tarim, Kamis (21/9/2023).

Baca juga: 8 Fakta tentang Istana Supermegah Firaun yang Diabadikan Alquran

Dia menjelaskan, endog itu adalah telur rebus yang kemudian dibentuk dalam satu rangkaian hiasan di batang pisang. Menurut dia, penggunaan endog ini pun ada pesan yang ingin disampaikan dalam tradisi ini.

“Apa makna yang ingin disampaikan? Bahwa Islam ini laksana seperti telur. Merah-merahnya atau kuningnya itu adalah ihsan. Kemudian bagian putihnya adalah iman dan kulitnya adalah Islam,” jelas Kiai Azaim.

Dia mengatakan, untuk memahami konsep agama secara utuh masyarakat kala itu seringkali butuh satu perantara. Dengan menggunakan perantara telur itu, menurut dia, masayrakat pun bisa lebih mudah mencernanya.

Baca juga: 5 Dalil yang Menjadi Landasan Pelaksanaan Maulid Nabi Muhammad SAW

Selain itu, menurut Kiai Azaim, tradisi endog-endogan tersebut juga memiliki pesan sosial. “Dan pesan sosialnya bahwa endog-endogan ini nanti direbut diambil oleh seluruh hadirin setelah pembacaan Maulid Barzanji,” ujar dia.  

“Kebetulan yang tradisi di masyarakat setempat adalah Barzanji. Setelah selesai, kemudian masyarakat terutama anak kecil merebutnya dengan meyakini bahwa itu adalah berkah dari sholawat yang sudah dibaca,” kata cucu KHR As’ad Syamsul Arifin ini.   

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler