Pedihnya Sakaratul Maut, Ini Kesaksian Umar Bin Khattab Hingga Hasan Al-Bashri  

Sakaratul maut akan dihadapi setiap orang dengan kepedihan berbeda

Republika/Yogi Ardhi
Muslim saat melakukan ziarah kubur (ilustrasi).. Sakaratul maut akan dihadapi setiap orang dengan kepedihan berbeda
Rep: Andrian Saputra Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian. Dalam proses kematian itu roh akan dikeluarkan jasadnya. Keadaan itulah yang disebut sakaratul maut.  

Baca Juga


Menurut ar-Raghib dalam mufradatnya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan sakaratul maut itu adalah kesakitan dan kesengsaraan. Mengapa demikian?

Sebab ketika makhluk dicabut nyawanya, dia akan merasakan rasa sakit berkali-kali lipat. Lebih-lebih ketika yang dicabut nyawanya adalah seorang kafir, maka rohnya akan dicabut dengan keras sehingga orang kafir itu merasakan sakit yang teramat sangat. 

Lalu seperti apa sakitnya sakaratul maut itu? Ka'ab Al Azhar berkata, “Diriwayatkan kepada kami tentang maut. Kaab mengatakan: 

فقال كعب: نعم يا أمير المؤمنين، هو كغصن كثير الشوك أُدخِل في جوف رجل، فأخذتْ كلُّ شوكة بعِرْق، ثم جذَبه رجلٌ شديدُ الجذب، فأخذ ما أخذ، وأبقى ما أبقى

Artinya:  “Ya Amirul mukminin, (sakaratul maut itu) seperti dahan yang banyak dirinya, yang dimasukan ke dalam perut seseorang, maka setiap duri itu menusuk setiap urat, kemudian seorang lelaki menariknya dengan sangat kuat sekali, maka terambillah apa yang diambil dan tertinggal lah apa yang tertinggal.”  

Bahkan sosok Umar bin Khattab yang terkenal dengan keberanian dan kesatrianya mengakui tentang kengerian saat roh dicabut dari jasad.  

Baca juga: Temuan Peneliti Amerika Serikat dan NASA Ini Buktikan Kebenaran Alquran tentang Kaum Ad

Ketika Umar bin Khattab di penghujung hayatnya, pasca dirinya ditikam saat memimpin sholat Shubuh oleh Abu Lu'lu'ah Fairuz seorang hamba sahaya Majusi milik al-Mughirah bin Syu'bah, Umar didatangi seorang pria. Kepada pria itu, Umar bin Khattab mengatakan tentang kengerian kematian. Bahwa andai kengerian kematian itu dapat ditebus oleh seluruh isi dunia, pasti akan dilakukan Umar bin Khattab.   

ولما طعن عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال له رجل إني لأرجو أن لا يمس جلدك النار فنظر إليه ثم قال إن من غررتموه لمغرور والله لو أن لي ما على الأرض لافتديت به من هول المطلع   

Artinya: “Ketika sahabat Umar bin Khattab ditikam (oleh Abu Lu'lu'ah Fairuz) , seorang lelaki berkata padanya, sungguh aku berharap bahwa api neraka tidak akan menyentuh kulitmu, maka Umar memandangi ke lelaki itu, kemudian Umar bin Khattab berkata, “Sungguh orang yang membuatmu terpedaya adalah orang yang rugi, Demi Allah andai aku memiliki dunia, aku akan menebus dari semua kengerian kematian.” (Lihat Imam Qurthubi dalam kitab at-Tadzkirah halaman 299 yang diterbitkan Maktabah Darul Minhaj). 

Begitupun dijelaskan Syaddad bin Aus tentang kematian yang begitu mengerikan. Menurutnya sakitnya sakaratul maut lebih sakit dari digergaji dan dipotong dengan pisau.  

Imam Hasan Al-Bashri juga menyatakan betapa mengerikannya sakaratul maut. Bahkan dia sampai tak mau menahan makanan yang telah dihidangkan untuknya saking masih mengingat ngerinya sakaratul maut. 

Pada suatu hari, Imam Hasan al-Bashri pernah menjenguk orang yang sakit dan kemudian orang tersebut mengalami sakaratul maut. Kejadian yang disaksikannya itu, membuat Imam Hasan al Bashri tak menginginkan apapun kendati dirinya disodorkan makanan-makanan. Tetapi yang dia inginkan adalah memperbanyak mengerjakan amal kebaikan.    

ويروى أن الحسن البصري دخل على مريض يعوده فوجده في سكرات الموت، فنظر إلى كربه وشدة ما نزل به، فرجع إلى أهله بغير اللون الذي خرج به من عندهم، فقالوا له: الطعام يرحمك الله، فقال: يا أهلاه عليكم بطعامكم وشرابكم، فوالله لقد رأيت مصرعا لا أزال أعمل له حتى ألقاه 

Baca juga: 5 Dalil yang Menjadi Landasan Pelaksanaan Maulid Nabi Muhammad SAW

 

 

Artinya: “Diriwayatkan bahwa Hasan al-Bashri ketika menjenguk orang yang sakit maka dia mendapati orang yang sakit itu dalam keadaan sedang sakaratul maut. Maka Imam Hasan Al-Bashri melihat penderitaan yang menimpa orang tersebut. Lalu ia menemui keluarga orang yang sakaratul maut itu. Keluarga itu berkata pada Imam Hasan al Bashri, “Silakan makan hidangannya, semoga Allah merahmatimu. Imam Hasan Bashri menjawab: Kalian lebih berhak dengan makanan dan minuman ini. Demi Allah, benar-benar aku telah melihat kematian, saya akan terus beramal hingga saya berjumpa dengannya.” (Dalam kitab At Tadzkirah karya Imam Qurthubi pada babu maa yudzakarul mauta wal akhirota wa yuzahidu fiddunnya/ Bab Mengingat Kematian dan Kehidupan Akhirat serta Zuhud Terhadap Dunia).    

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler