Kesibukan Dunawi Punya Efek Negatif, Lakukan 3 Ini Agar Iman Terjaga  

Kesibukan duniawi cenderung melenakan umat manusia

Republika/Abdan Syakura
ilustrasi:phk - Sejumlah pegawai PT Kahatex berjalan keluar kawasan pabrik di Jalan Raya Rancaekek, Kabupaten Sumedang, Rabu (17/6). Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan per 27 Mei 2020, sebanyak 3.066.567 pekerja sektor formal maupun informal dikenai pemutusan hubungan kerja (PHK) dan dirumahkan akibat pandemi Covid-19.
Rep: Fuji E Permana Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Banteni dalam karyanya Nashaih al-Ibad menjelaskan kesibukan dan efeknya. Terkait hal tersebut, Syekh Nawawi al-Banteni mengutip perkataan seorang hukama, yakni para ahli hikmah atau makrifat.  

Baca Juga


Dilansir dari kitab Nashaih al-Ibad yang diterjemahkan Abu Mujaddidul Islam Mafa dan diterbitkan Gitamedia Press, 2008 dijelaskan, sebagaimana yang telah dikatakan oleh sebagian hukama, "Siapapun yang sibuk dengan hawa nafsunya maka pasti main perempuan. Siapa pun yang sibuk mengumpulkan harta benda maka pasti terjerumus ke barang haram. Siapa pun yang sibuk mengurus kemaslahatan orang-orang Muslim maka harus ramah tamah. Siapa pun yang sibuk dengan ibadah maka harus punya ilmunya." 

Penjelasannya, orang yang hanya disibukkan dengan menuruti keinginan syahwatnya atau hawa nafsunya, maka akan terjerumus main perempuan untuk memenuhi syahwatnya.  

Orang yang hanya disibukkan dengan mengumpulkan harta benda, maka akan terlibat barang haram. Jika sudah jauh dan melampaui batas, demi mengumpulkan harta, barang haram akan diambilnya. 

Orang yang hanya disibukkan dengan mengurus kebutuhan bagi orang-orang Muslim, maka harus bersikap lemah lembut kepada mereka dalam ucapan dan perbuatan. 

Orang yang hanya disibukkan dengan ibadah jika tidak mengetahui tata caranya, maka ibadahnya itu tidak akan sah, ibadah itu tidak bisa lepas dari ilmu.

Syekh Nawawi al-Banteni juga menjelaskan, agar seseorang termasuk golongan orang beriman, maka hindari tiga sikap ini. Sebagaimana diriwayatkan Malik bin Dinar, seorang ulama abad ke-2 Hijriyah.  

Malik bin Dinar berkata, "Agar kamu termasuk golongan orang-orang yang beriman, maka hindarilah tiga sikap dengan tiga cara. Yaitu hindarilah sikap sombong dengan cara tawadhu. Hindarilah sikap tamak dengan cara qanaah. Hindarilah sikap dengki dengan cara nasihat." (Nashaihul Ibad).

Sombong adalah sikap yang mengagungkan atau membesarkan diri sendiri, dan memandang orang lain lebih rendah. Kebalikan dari sikap sombong adalah tawadhu. Sombong terjadi sebagai akibat dari adanya kedudukan, sedangkan ujub atau pamer itu terjadi akibat adanya keutamaan. 

Tamak adalah sikap yang selalu merasa kurang atau merasa belum cukup dengan apa yang dimilikinya. Sedangkan qanaah merasa puas atau cukup terhadap segala yang dimilikinya.

Sedangkan hasud atau dengki adalah sikap yang selalu mengharapkan hilangnya kenikmatan orang yang didengkinya, agar kenikmatan itu berpindah pada dirinya. Adapun nasihat adalah mendorong berbuat kebaikan dan melarang berbuat dosa.  

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler