Mengenal Istilah Dekarbonisasi sebagai Langkah Pengurangan Emisi Karbon
Dekarbonisasi merupakan proses pengurangan emisi karbon di atmosfer.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perubahan iklim merupakan tantangan lingkungan terbesar saat ini. Pada Perjanjian Paris 2015, sebanyak 195 negara sepakat untuk membatasi kenaikan suhu global.
Mengutip laman renovablesverdes, Rabu (27/9/2023), dekarbonisasi merupakan proses pengurangan emisi karbon ke atmosfer, terutama karbon dioksida (CO2). Tujuannya adalah untuk mencapai ekonomi global rendah emisi dan mencapai netralitas iklim melalui transisi energi.
Pada prakteknya, dekarbonisasi membutuhkan transisi energi, yang merupakan perubahan struktural yang menghilangkan karbon dari produksi energi. Hal ini yang kemudian menjadi elektrifikasi ekonomi berdasarkan energi alternatif bersih yang hanya memancarkan energi yang dapat diserap bumi.
Istilah dekarbonisasi telah banyak digaungkan dalam berbagai pidato politik hingga aktivis lingkungan. Hal ini bertujuan untuk mengambil tindakan menghilangkan konsumsi bahan bakar fosil yang mengandung karbon dalam struktur molekul, pembakaran yang melepaskan energi, polutan dan gas rumah kaca.
Mengapa dekarbonisasi menjadi penting?
Bahan bakar fosil meliputi batu bara, minyak bumi, turunannya, dan gas alam (metana), dan semuanya memiliki unsur kimia yang sama, yakni karbon (C). Ketika bahan bakar ini dibakar untuk energi, maka akan menghasilkan berbagai jumlah karbon dioksida dan zat lain, banyak di antaranya adalah polutan.
Emisi yang dihasilkan dalam proses tergantung pada karakteristik masing-masing bahan bakar dan teknologi yang digunakan untuk membakarnya. Semakin banyak karbon dalam struktur molekul, semakin besar jumlah elemen ini yang dilepaskan ke atmosfer.
Selanjutnya, jika bahan bakar fosil seperti minyak bumi, batu bara atau gas alam dibakar, karbon yang seharusnya disimpan selama ribuan tahun akan terus beredar di atmosfer. Jika pembakaran sempurna, karbon dan hidrogen dalam bahan bakar akan bergabung dengan oksigen di udara dan satu-satunya produk sampingan adalah karbon dioksida dan air (H2O).
Namun pada kenyataannya, proses ini juga menghasilkan emisi elemen berbahaya lainnya, seperti partikel, karbon monoksida, nitrogen oksida, oksida belerang dan senyawa organik yang mudah menguap. Hal ini yang sangat mempengaruhi terjadinya perubahan iklim.
Itu sebabnya dekarbonisasi dibutuhkan sebagai langkah mitigasi untuk mengurangi karbon di atmosfer. Hal ini bisa dicapai dengan meninggalkan bahan bakar fosil dan beralih ke energi atau bahan yang mengeluarkan lebih sedikit karbon.
Namun, untuk mencapai netralitas karbon meskipun cukup sulit karena perkembangan teknologinya belum matang, sehingga biaya yang dibutuhkan sangat tinggi.