Paus Serukan Dialog Antara Azerbaijan dan Armenia Terkait Sengketa Nagorno-Kabakh
Paus menyebut Nagorno-Kabakh tengah mengalami krisis kemanusiaan.
REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN -- Paus Fransiskus menyerukan dialog antara Azerbaijan dan Armenia untuk memulihkan perdamaian di Nagorno-Kabakh. Paus menambahkan daerah tersebut mengalami krisis kemanusiaan.
"Saya telah mengikuti situasi dramatis perpindahan paksa warga Nagorno-Kabarabkh beberapa hari terakhir dan saya kembali menyerukan dialog antara Azerbaijan dan Armenia, dengan harapan pembicaraan antara kedua pihak, akan mendorong kesepakatan jangka lama yang akan mengakhiri krisis kemanusiaan, kata Paus dalam ibadah minggu, Ahad (1/10/2023).
Pada Sabtu (30/9/2023) PBB mengatakan lebih dari 100 ribu pengungsi tiba di Armenia sejak militer Azerbaijan menggelar operasi untuk merebut kembali Nagorno-Karabakh. Paus juga mendoakan para korban ledakan gudang bensin di Kota Stepanakert di Nagorno-Karabakh.
Konflik antara Armenia dan Azerbaijan atas wilayah yang disengketakan di Nagorno-Karabakh telah berlangsung selama beberapa dekade. Konflik ini berakar pada awal abad ke-20, ketika wilayah tersebut merupakan bagian dari Kekaisaran Rusia.
Setelah runtuhnya Kekaisaran Rusia pada 1917, Nagorno-Karabakh menjadi subjek sengketa antara Armenia dan Azerbaijan. Pada 1923, Uni Soviet memberikan wilayah ini kepada Azerbaijan, tetapi memberikan status otonomi kepada Nagorno-Karabakh.
Pada 1980-an, ketegangan di Nagorno-Karabakh mulai meningkat, karena penduduk Armenia menuntut otonomi yang lebih besar. Pada 1988, Daerah Otonom Nagorno-Karabakh memilih untuk memisahkan diri dari Azerbaijan.
Hal ini menyebabkan perang antara Armenia dan Azerbaijan yang berlangsung dari 1988 hingga 1994. Perang berakhir dengan gencatan senjata, tetapi status Nagorno-Karabakh masih belum terselesaikan.
Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi bentrokan sporadis antara pasukan Armenia dan Azerbaijan di sepanjang Garis Kontak, perbatasan de facto antara kedua belah pihak. Pada September 2020 dengan kedua belah pihak saling menuduh pihak lain memulai konflik. Pertempuran bereskalasi dengan cepat. Kedua belah pihak menggunakan artileri berat dan serangan udara.