Putin Kenang Momen Ditolaknya Rusia Gabung NATO

'Kami pikir kami sudah bersahabat, apa lagi yang Barat butuhkan?'

EPA-EFE/MIKHAIL METZEL/SPUTNIK/KREMLIN POOL M
Presiden Rusia Vladimir Putin mengenang momen ditolaknya Rusia untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Rep: Kamran Dikarma Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Presiden Rusia Vladimir Putin mengenang momen ditolaknya Rusia untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Padahal Moskow sudah secara terbuka menyatakan niatnya menjadi anggota aliansi yang terbentuk pada 1949 tersebut.

"Saya sudah mengatakan kepada sekutu kami, mitra kami di depan umum: ada saatnya Anda benar-benar menyarankan: 'Mungkin kami harus bergabung dengan NATO juga?' Jawabannya tidak. NATO tidak membutuhkan negara seperti itu,” kata Putin saat berbicara di Valdai International Discussion Club, Kamis (5/10/2023), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

“Kami berpikir bahwa kami sudah bersahabat, bahwa kami sudah menjadi ‘borjuis’, seperti yang dikatakan beberapa orang. Apa lagi yang mereka butuhkan? Tidak ada lagi konfrontasi ideologis. Apa masalahnya?” tambah Putin.

Putin berspekulasi bahwa akar permasalahannya harus dicari justru pada kepentingan geopolitik dan arogansi serta ambisi besar Barat. Putin mengatakan, saat ini Rusia harus menanggapi tekanan geopolitik yang terus meningkat.

Dia mengungkapkan, perang yang dilancarkan oleh Ukraina dengan dukungan langsung dan aktif dari kolektif Barat telah berlangsung selama 10 tahun. Putin menyebut operasi militer khusus Rusia di Ukraina saat ini bertujuan menghentikan operasi militer di wilayah tersebut.

“Dan ini (operasi militer khusus) mengingatkan kita bahwa langkah-langkah sepihak, tidak peduli siapa yang mengambil tindakan tersebut, pasti akan memicu tindakan balasan. Seperti yang Anda tahu, tindakan akan memicu tindakan balasan,” kata Putin.

Dia menambahkan, negara mana pun yang bertanggung jawab, mandiri, dan berdaulat, akan melakukan tindakan balasan. Putin pun mengingatkan bahwa perdamaian global hanya akan tercapai ketika semua negara merasa aman.

“Perdamaian abadi akan tercipta hanya ketika semua orang merasa aman, menyadari bahwa pendapat mereka dihormati dan ada keseimbangan di dunia, ketika tidak ada seorang pun yang mampu memaksa orang lain untuk hidup sesuai keinginan hegemon. Dalam sistem seperti itu, gagasan tentang hegemon justru dinegasikan, dibuang ke tempat sampah,” ucap Putin.

Baca Juga


Pintu NATO tak kunjung dibuka untuk Ukraina....

Ukraina secara resmi mengajukan permohonan keanggotaan ke Uni Eropa pada 28 Februari 2022 lalu atau empat hari setelah dimulainya perang dengan Rusia. Pada April 2022, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyerahkan kuesioner lengkap tentang keanggotaan di Uni Eropa kepada Kepala Delegasi Uni Eropa untuk Ukraina Matti Maasikas.

Kala itu Zelensky menyampaikan dia yakin Ukraina bisa memperoleh status kandidat hanya dalam beberapa pekan mendatang. Namun proses Kiev untuk menjadi anggota perhimpunan Benua Biru diperkirakan dapat memakan waktu lama, bahkan bisa mencapai antara 15 hingga 20 tahun.

Pada 30 September 2022, Zelensky secara resmi mengajukan permohonan keanggotaan Ukraina kepada NATO. Langkah itu diambil hanya beberapa jam setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengesahkan aneksasi empat wilayah Ukraina, yakni Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia. Zelensky mendesak NATO memberikan keanggotaan “jalur cepat” kepada negaranya.

Karena masih dalam keadaan berperang, NATO tidak mungkin menerima masuknya Ukraina. Terdapat Pasal 5 NATO yang mengatur bahwa jika salah satu anggotanya diserang, maka serangan tersebut harus dipandang sebagai agresi ke semua anggota.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler