Sejarah RS Indonesia di Palestina

Dana pembangunan RS berasal dari masyarakat Indonesia.

Youtube
Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Palestina
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia melalui MER-C membangun sebuah rumah sakit di Gaza, Palestina. Tanah RS seluas 16.261 meter persegi yang terletak di Bayt Lahiya, Gaza Utara merupakan wakaf dari Pemerintah Palestina di Gaza. 

Baca Juga


Sedangkan dana pembangunan RS sampai saat ini seluruhnya berasal dari donasi rakyat Indonesia, tidak ada dana bantuan asing. Untuk itu, RS ini diberi nama RS INDONESIA (RSI) dengan harapan bisa menjadi bukti silaturahim jangka panjang antara rakyat Indonesia dan rakyat Palestina.

Dilansir di website MER-C, pembangunan RSI dimulai sejak 14 Mei 2011. Pada akhir April 2012, pembangunan tahap 1 untuk struktur RSI selesai. Pada 1 November 2012, pembangunan tahap dua RSI untuk  pekerjaan Arsitektur dan ME (Mechanical Elctrical) dimulai. Pembangunan tahap ini diawasi dan dikerjakan langsung oleh relawan Indonesia yang tergabung dalam Divisi Konstruksi MER-C. Pembangunan tahap 2 selesai pada awal tahun 2014. 

Latar Belakang Dibangunnya RS Indonesia

Israel memulai gempuran dasyat pertamanya ke Jalur Gaza, Sabtu (27/12/2008). Kemudian Kamis, (1/1/2009), tim medis MER-C bersama dengan tim Pemerintah RI berangkat ke Gaza guna menyalurkan bantuan kepada para korban.

Akibat agresi Israel selama 22 hari, jumlah syahid tercatat 1.366 orang yang terdiri atas 437 anak-anak, 110 wanita dan 123 lansia. Sementara jumlah cidera tercatat 5.650 orang (Data dari Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza).

Setelah menunggu selama dua pekan di perbatasan, pada tanggal 17 Januari 2009 Tim MER-C baru berhasil memasuki Jalur Gaza. Ketika itu, wilayah Gaza masih dalam keadaan puncak serangan.

Pada fase emergency setelah Israel memuntahkan rudal dan bomnya ke wilayah Gaza Palestina, selain mengirimkan relawan medis sebagai Tim Bedah untuk membantu para korban agresi, MER-C juga menyalurkan amanah dana dari masyarakat Indonesia berupa bantuan obat-obatan dan mobil ambulans.

Selama sepekan berada di RS Asy Syifa, Gaza City, Tim MER-C masih banyak menemui korban-korban agresi dengan luka (trauma) berat bahkan harus kehilangan anggota tubuhnya akibat bom dan rudal Israel yang membabi-buta.

Tim MER-C juga melihat bahwa RS di Gaza kewalahan menampung korban agresi yang begitu banyak, terlebih lagi wilayah gaza utara yang berbatasan langsung dengan Israel. Sebagai sebuah wilayah perang, Gaza juga hanya memiliki satu  RS Rehabilitasi, yang tidak luput dari serangan Israel.

Melihat kebutuhan akan sarana kesehatan khususnya yang berfokus pada Trauma dan Rehabilitasi serta jumlah donasi dari masyarakat Indonesia yang cukup besar kala itu, maka Tim MER-C didampingi sejumlah wartawan dari Indonesia bertemu dengan Menkesa palestina di Gaza, dr. Bassim Naim. Pada kesempatan yang langka tersebut, dimanfaatkan Tim MER-C untuk menyampaikan rencana pembangunan RS Indonesia (RSI) di Jalur gaza.

Rencana ini disambut sangat baik. Atas nama rakyat Indonesia yang diwakili oleh dr. Joserizal Jurnalis, Sp.OT dan atas nama rakyat Gaza yang diwakili oleh dr. Bassim Naim melakukan penandatanganan MOU Pembangunan RSI di Gaza. 

Penandatanganan ini turut disaksikan oleh dr. Sarbini Abdul Murad (Ketua Presidium MER-C), Drs HM Mursalin (Forum Umat Islam), Ir Hanibal WY Wijayanta (Jurnalis ANTV), Andi Jauhari (Jurnalis ANTARA) dan para ulama Gaza.    

Keberadaan RSI ini diharapkan bisa membantu menangani pasien-pasien yang mengalami trauma fisik dan merehabilitasi mereka sehingga mereka bisa mandiri dan beraktivitas kembali.

Mengapa Dinamakan RS Indonesia?

Satu, karena seluruh dananya berasal dari masyarakat Indonesia.

Dua, rumah sakit ini kita harapkan bisa menjadi bukti silaturahim jangka panjang antara rakyat Indonesia dan rakyat Palestina.

Tiga, dengan nama dan keberadaan RS ini kita ingin memberi pesan bahwa di tanah Palestina ada aset dan sumbangan dari rakyat Indonesia untuk rakyat Palestina.

Bangunan RS Indonesia adalah bangunan terunik dan terbesar di Jalur Gaza yang sebagian besar bangunan di wilayah okupasi Israel ini berbentuk segi empat.

Memecahkan Rekor di Gaza

RS Indonesia membukukan dua kali rekor pengecoran terbesar di Gaza, yang pertama adalah pengecoran lantai dua RS Indonesia sebesar 483 m3. Dua bulan kemudian, pada maret 2012, dilakukan pengecoran lantai tiga sebesar 500 m3 beton yang selesai dalam waktu delapan jam.

MER-C membutuhkan waktu lima tahun untuk merampungkan pembangunan RS Indonesia di Gaza sampai diresmikan pada tahun 2016 oleh Pak Jusuf Kalla sebagai wakil dari pemerintah. Pembangunan terus berlanjut hingga pada tahap kedua. 

Hingga saat ini berdasarkan data dari Pihak Managemen RSI sejak awal beroperasi awal tahun 2016 sudah lebih dari 450 ribu penduduk Gaza yang berobat ke RS Indonesia. Dukungan dan donasi untuk pembangunan tahap dua RS Indonesia, Gaza – Palestina masih terus dibutuhkan.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler