AS: Serangan Hamas untuk Ganggu Normalisasi Israel-Arab Saudi

AS meyakini motivasi serangan Hamas yakni untuk mengganggu normalisasi Israel-Saudi

EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Asap mengepul setelah pesawat tempur Israel menargetkan beberapa bangunan di wilayah Palestina.
Rep: Amri Amrullah Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Lloyd Austin menyakini serangan pejuang Hamas ke Israel kemungkinan untuk mengganggu proses normalisasi antara Israel dan Arab Saudi. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken pada Ahad (8/10/2023).

"Tidak mengherankan jika salah satu motivasinya adalah untuk mengganggu upaya-upaya untuk menyatukan Arab Saudi dan Israel, bersama dengan negara-negara lain yang mungkin tertarik untuk menormalkan hubungan dengan Israel," ujar Menlu AS.

Tak lama setelah serangan, AS langsung menyatakan akan membantu Israel dengan mengirim beberapa kapal militer dan pesawat terbang lebih dekat ke Israel.

"Pengiriman itu sebagai bentuk dukungan kepada Israel," kata Menhan AS.

Austin juga menambahkan bahwa AS akan memberikan amunisi kepada Israel, dan menegaskan bantuan-bantuan tersebut akan mulai bergerak pada hari Ahad ke wilayah Israel.

"Pentagon juga akan menambahkan jet tempur ke wilayah tersebut," kata Austin.

Tak hanya itu, AS juga memindahkan kelompok pasukan kapal induk untuk lebih dekat ke Israel, yang mencakup kapal induk Ford dan kapal-kapal yang mendukungnya.

"Saya telah mengarahkan pergerakan Gugus Tempur Kapal Induk USS Gerald R. Ford ke Mediterania Timur," katanya.

Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada hari Ahad, bahwa bantuan tambahan untuk Pasukan Pertahanan Israel sedang dalam perjalanan ke Israel. Selain itu, akan lebih banyak lagi bantuan militer yang akan menyusul dalam beberapa hari mendatang, kata Gedung Putih setelah telepon mereka.

Serangan pejuang Hamas yang diluncurkan pada Sabtu (7/10/2023) merupakan serangan terbesar dan paling mematikan ke Israel sejak Mesir dan Suriah melancarkan serangan mendadak dalam upaya merebut kembali wilayah yang hilang dalam perang Yom Kippur 50 tahun yang lalu.

Hamas mengatakan bahwa serangan tersebut didorong oleh apa yang disebutnya sebagai peningkatan serangan Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat, Yerusalem, dan terhadap warga Palestina di penjara-penjara Israel.

Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh telah menyoroti ancaman terhadap Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, kelanjutan blokade Israel di Gaza dan normalisasi Israel dengan negara-negara Timur Tengah.

Baca Juga


sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler