Warga Palestina di Lebanon Siap Lawan Israel, Jika Hizbullah Ikut Turun Tangan
Faksi Palestina di Lebanon ingin ikut melawan Israel tapi perlu dipimpin Hizbullah
REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT --- Faksi-faksi Palestina di Lebanon membutuhkan dukungan Hizbullah untuk menghadapi Israel di front kedua. Namun, langkah Hizbullah sendiri masih belum jelas.
Hal ini disampaikan para pejuang dan analis bahwa faksi-faksi Palestina di Lebanon sangat ingin membuka front kedua melawan Israel. Hal itu bisa terwujud jika kelompok Hizbullah yang didukung oleh Syiah memimpin serangan.
"Di mana pun (Israel) siap untuk (pertempuran) terjadi, itu akan terjadi," kata Ahmed Habet, seorang anggota partai Palestina Fatah di Burj al-Barajneh, sebuah kamp pengungsi di ibu kota Lebanon, Beirut.
“Saya adalah darah tanah air saya. Saya hidup untuk tanah air saya. Saya tidak hidup untuk masa depan,” ujarnya.
Perang habis-habisan antara Israel dan Hizbullah–yang didukung oleh faksi-faksi Palestina–mungkin merupakan skenario yang dapat menyeret Lebanon dan wilayah tersebut ke dalam konflik yang membawa bencana besar.
Namun, berbeda dengan pejuang di Gaza, cabang faksi Palestina di Lebanon seperti Hamas, Fatah dan Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) tidak dapat mempertahankan serangan terhadap Israel sendirian. Contohnya Hizbullah, yang menembakkan serangan mortir dari Lebanon ke Peternakan Shebaa yang diduduki pada hari Ahad. Israel membalas dengan serangan artileri sambil terus memerangi pejuang Hamas di Israel selatan sambil membom Jalur Gaza tanpa pandang bulu.
Menambah ruang eskalasi
Hizbullah mungkin juga akan melancarkan serangan langsung jika Israel secara serius meningkatkan operasinya di Jalur Gaza, menurut Ahmed Abed, seorang pejabat Hamas di Lebanon.
"Hizbullah ... memutuskan bahwa mereka akan menyerang (Israel) jika pembalasan terhadap Gaza berlebihan. Mereka mengatakan bahwa mereka berkoordinasi dengan pimpinan (Hamas) di Palestina dan bahwa mereka akan melakukan intervensi pada waktu yang tepat (jika diperlukan)," katanya kepada Aljazirah.
Hizbullah mampu melancarkan serangan canggih jika mereka menginginkannya, menurut Nicholas Blanford, seorang pakar yang berbasis di Beirut dari Atlantic Council.
"Operasi Hamas jauh lebih besar daripada operasi tunggal yang dilakukan oleh Hizbullah (terhadap Israel), meskipun taktik yang digunakan Hamas langsung dari buku panduan Hizbullah," katanya. "Hizbullah telah berlatih untuk misi-misi pelanggaran perbatasan semacam ini setidaknya sejak tahun 2007."
Blanford menambahkan bahwa ia tidak memprediksi konfrontasi yang lebih besar akan terjadi antara Israel dan Hizbullah, tapi hal itu tidak dapat dikesampingkan. "Ini adalah pertanyaan besar," ujarnya.