Derai Air Mata Gaza

Ini bukan pembalasan, ini kegilaan

AP Photo/Hassan Eslaiah
Warga Palestina berjalan melewati puing-puing bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di Kota Gaza pada Rabu, (11/10/2023)WIB.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Seorang wanita Gaza mengemasi barang-barang keluarganya dan mengumpulkan keenam anaknya ke dalam mobil, setelah serangan udara Israel pada malam yang mengerikan. Serangan udara itu merusak rumah mereka.

“Apa yang dilakukan anak-anak saya hingga pantas menerima ini?" ujar wanita itu sambil menangis.

Sejumlah jenazah tergeletak di kamar mayat rumah sakit Gaza pada Selasa (10/10/2023). Reruntuhan bangunan yang hancur memenuhi jalan-jalan sempit. Semakin banyak keluarga yang memadati sekolah-sekolah PBB untuk mencari perlindungan ketika serangan Israel menghantam Gaza.

Penduduk Palestina di Gaza mengatakan, ribuan ledakan besar yang menghantam gang-gang ramai di malam hari. Seorang warga Gaza, Emmah Thahir mengatakan, dia tidak tahu ke mana harus pergi bersama suami dan anak-anaknya yang masih kecil.

“Tadi malam adalah malam tersulit yang kami lalui. Mereka menargetkan seluruh area sekitar dan anak-anak ketakutan," ujar Thahir.

Ledakan akibat serangan udara menghancurkan balkon dan jendela apartemen Thahir. Keluarga Thahir bergegas keluar dan duduk di jalan sampai ambulans menjemput mereka.

"Apa kesalahan kami? Apa yang dilakukan anak-anak saya? Tidak ada listrik, internet, makanan atau air," kata Thahir sambil menangis.

Thahir menambahkan, dia tidak punya tempat untuk pergi setelah bangunan rumahnya rusak akibat serangan Israel. Seorang pemilik toko kelontong di distrik Remal, Jehad menyebut serangan Israel bukan pembalasan tapi sebuah kegilaan.

"Ini bukan pembalasan. Ini kegilaan. Siapa yang mereka bunuh sejauh ini? Pemimpin Hamas? Tidak, mereka membunuh ratusan warga sipil," kata Jehad, yang meminta untuk tidak menyebutkan nama keluarganya karena takut akan pembalasan Israel.

Serangan di Gaza telah menyebabkan lebih dari 770 orang meninggal dan melukai 4.000 lainnya. Sementara 187.000 orang mencari perlindungan di sekolah-sekolah PBB. 

Di kamar mayat berlumur darah....  

Baca Juga


 

Di kamar mayat di Kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, jenazah tergeletak di atas tandu di lantai. Darah masih berlumuran dan nama mereka tertulis di kertas yang diletakkan di atas tubuh mereka yang sudah kaku. Satu jenazah tergeletak dengan tangan terentang, sementara jenazah lima anak kecil berjejer rapi di sampingnya.

Jauh di dalam kamar mayat, para pekerja yang mengenakan pakaian medis menutup jenazah dengan kain putih. Mereka meminta keluarga segera mengambil jenazah untuk dimakamkan guna memberi ruang bagi jenazah lain yang terus berdatangan.

Bangunan-bangunan yang hancur tertimbun gundukan besar beton dan puing-puing lainnya memenuhi udara dengan debu dan asap yang berputar-putar.  Lempengan-lempengan besar menjuntai dari bangunan-bangunan yang rusak.

Ambulans dan petugas penyelamat tidak mampu memenuhi puluhan permohonan untuk mencapai zona serangan. Banyak orang terjebak di bawah reruntuhan atau di ruang bawah tanah di bawah bangunan yang runtuh.

Tim penyelamat Gaza pada Selasa menarik jenazah seorang anak perempuan berusia empat tahun dan jenazah lainnya dari reruntuhan gedung kota yang menjadi tempat berlindung bagi banyak orang. Bangunan itu rusak dan runtuh akibat serangan udara Israel.

Gadis itu bernama Shahid Abu Rokbah. Tim penyelamat mengatakan, keluarganya melarikan diri dari timur distrik Khan Younis ke dalam kota untuk mencari keselamatan. Tetapi mereka justru dibunuh oleh pasukan Israel.

“Mereka mencoba melarikan diri dari kematian. Mereka datang untuk mencari perlindungan. Mereka berlindung di sebelah tangga yang mungkin merupakan tempat yang aman. Tapi mereka (Israel) menargetkan dan membunuh mereka,” kata seorang relawan Mohammad al Najjar. 


Al Najjar dan yang lainnya menggali puing-puing bangunan dengan peralatan tangan agar tidak melukai siapa pun yang masih hidup.  Sebuah bangunan di dekatnya juga dirobohkan.

Israel menggempur Jalur Gaza pada Selasa dengan serangan udara paling sengit dalam 75 tahun konfliknya dengan Palestina. Serangan Israel menghancurkan seluruh distrik hingga menjadi debu. Al Najjar mengatakan, tim penyelamat berhasil mengevakuasi bagian tubuh korban. Mereka berharap menemukan beberapa orang dalam keadaan hidup.

"Beberapa orang yang terluka sedang tidur di sini. Ini darah mereka. Di sini ada seorang ibu dan anak-anaknya. Kami memindahkan wanita itu pada malam hari dan anak-anak menjadi syahid dan kami mengeluarkan mereka dari bawah reruntuhan," kata al Najjar.

Ala Abu Tair mencari perlindungan bersama keluarganya setelah melarikan diri dari Abassan Al-Kabira di dekat perbatasan. Dia mengatakan, ada banyak sekali orang yang syahid.

"Orang-orang masih berada di bawah reruntuhan, beberapa teman menjadi syahid atau terluka,” kata Tair.

“Tidak ada tempat yang aman di Gaza, seperti yang Anda lihat, serangan terjadi di mana-mana," ujar Tair. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler