Netanyahu Siap Gelar Perang Skala Besar, Seberapa Besar Kekuatan Militer Israel?

Israel memiliki 465.000 pasukan cadangan.

EPA-EFE/ATEF SAFADI
Tentara Israel memeriksa mobil Palestina di sebuah pos pemeriksaan di pintu masuk kota Jericho di Tepi Barat. ilustrasi
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV --  Israel mengoperasikan aparat militer yang sangat besar.  Menurut Neraca Militer 2023 Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS), Israel memiliki 169.500 personel militer aktif di angkatan darat, angkatan laut, dan paramiliter. 

Baca Juga


Sebanyak 465.000 merupakan pasukan cadangan, sementara 8.000 lainnya merupakan bagian dari paramiliter. Juru bicara militer Israel pada Rabu (11/10/2023) mengatakan, sekitar 300.000 tentara Israel kini ditempatkan di dekat Jalur Gaza, di tengah kekhawatiran kemungkinan operasi darat.

Warga negara Israel yang berusia di atas 18 tahun harus mengikuti wajib militer. Warga Israel laki-laki diharapkan bertugas selama 32 bulan dan perempuan selama 24 bulan.

Dilaporkan Aljazirah, Rabu (11/10/2023) Israel memiliki Iron Dome, yang merupakan sistem pertahanan udara bergerak dan dirancang untuk mencegat serta menghancurkan roket jarak pendek menggunakan teknologi radar. Iron Dome dikembangkan pada 2006, setelah perang dengan Hizbullah, yang meluncurkan ribuan roket ke Israel.

Iron Dome mulai beroperasi pada 2011. Iron Dome dibuat dengan bantuan Amerika Serikat (AS) yang bertanggung jawab memasok suku cadang untuk sistem tersebut, termasuk menyisihkan lebih dari 1,5 miliar dolar AS untuk pertahanan rudal Israel pada 2022.

Menurut IISS, sistem Iron Dome Israel mencegat lebih dari 90 persen roket yang ditembakkan dari Hamas dan kelompok perlawanan Palestina lainnya pada 2021. Namun Iron Dome gagal membendung serangan ribuan roket yang ditembakkan oleh Hamas.

Israel juga diyakini memiliki kemampuan nuklir. IISS menyatakan, Israel memiliki rudal Jericho dan pesawat yang mampu membawa hulu ledak nuklir. 

Menurut Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), sebuah lembaga penelitian yang berfokus pada konflik dan persenjataan, pada 2022, Israel menghabiskan 23,4 miliar dolar AS untuk militernya. Jumlah ini mencapai 2.535 dolar AS per kapita selama periode 2018-2022.

Hal ini menjadikan Israel sebagai negara dengan pembelanjaan militer per kapita terbesar kedua di dunia setelah Qatar. Pada 2022, Israel mendedikasikan 4,5 persen produk domestik bruto (PDB) untuk militer, yang merupakan persentase tertinggi ke-10 di dunia.

Secara historis, impor senjata Israel jauh melebihi ekspornya.  Namun, selama dekade terakhir, ekspor secara konsisten mulai melampaui impor.

Menurut data SIPRI antara 2018 dan 2022, setidaknya 35 negara mengimpor senjata dari Israel dengan total nilai 3,2 miliar dolar AS. Dari jumlah tersebut, sekitar sepertiga (1,2 miliar dolar AS) ekspor militer Israel ditujukan ke India.  Hubungan antara Israel dan India telah berkembang sejak Perdana Menteri India Narendra berkuasa pada 2014.

Pembeli senjata Israel terbesar kedua adalah Azerbaijan (295 juta dolar AS), diikuti oleh Filipina (275 juta dolar AS), Amerika (217 juta dolar AS) dan Vietnam (180 juta dolar AS). Pada periode antara 2018-2022, Israel mengimpor senjata senilai 2,7 miliar dolar AS hanya dari dua negara, yaitu Amerika Serikat dan Jerman.

Lebih dari tiga perempat impor militer Israel senilai 2,1 miliar dolar AS berasal dari Amerika Serikat, sedangkan sisanya senilai 546 juta dolar AS berasal dari Jerman. Militer AS dan Israel bekerja sama erat dalam latihan bersama, program pengembangan teknologi, dan proyek pertahanan.

Israel adalah penerima bantuan luar negeri AS yang paling signifikan. Isrsel menerima sekitar 263 miliar dolar AS antara 1946 dan 2023. Jumlah ini hampir dua kali lipat (1,7 kali lebih banyak) dibandingkan negara penerima bantuan luar negeri AS terbesar kedua, yaiti Mesir yang menerima 151,9 miliar dolar AS dalam 77 tahun terakhir.

Israel telah lama dipandang AS sebagai sekutu yang membantu melindungi kepentingan strategis AS di Timur Tengah. Menurut Layanan Penelitian Kongres AS, faktor-faktor yang mendasari berlanjutnya dukungan militer kepada Israel mencakup kepentingan strategis bersama, dukungan dalam negeri AS untuk Israel, dan komitmen bersama terhadap nilai-nilai demokrasi.

Pendanaan militer AS untuk Israel mencapai 3,8 miliar dolar AS pada 2023. Pendanaan ini sebagai bagian dari rekor kesepakatan senilai 38 miliar dolar AS selama 10 tahun yang ditandatangani di bawah mantan presiden Barack Obama pada 2016.

Dari 3,8 miliar dolar AS bantuan militer yang diberikan kepada Israel tahun ini, setengah miliarnya disalurkan untuk pertahanan rudal Israel.  Washington telah menyatakan, mereka akan mengisi kembali amunisi Israel yang digunakan melawan Hamas dalam perang terbaru.

Pemerintahan Presiden AS Joe Biden diperkirakan akan menyisihkan lebih banyak pendanaan untuk Israel melalui permintaan ke Kongres. Amerika Serikat menerapkan persyaratan mengenai bantuan, khususnya bantuan militer, dapat digunakan.

Undang-undang Leahy melarang ekspor barang pertahanan AS ke unit militer yang terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia. Namun, tidak ada unit Israel yang dihukum berdasarkan undang-undang ini.

Bantuan militer ke Israel meningkat pesat setelah perang tahun 1967 ketika Israel mengalahkan tentara Arab dan mulai menduduki Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Gaza.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler