Naskah Khutbah Jumat: Pribadi Muslim Hebat
Ada empat proses untuk mencapai kehebatan seorang muslim.
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Rafli Ramadhan, Mahasiswa FIKes UHAMKA/ Mubaligh Muhammadiyah
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Marilah kita senantiasa meningkatkan kualitas keimanan, ketakwaan kita kepada Allah SwT dengan senantiasa beribadah kepada-Nya. Dan juga selalu meningkatkan intensitas amal salih kita setiap harinya.
Dalam situasi apapun kita tetap bersyukur kepada Allah SwT. Dan marilah kita selalu meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita secara berkualitas dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Allah dalam firman-Nya, juga Rasulullah dalam sabdanya, telah memaparkan dalam Al-Qur’an dan Hadist bahwasannya terdapat beberapa ciri pribadi muslim yang hebat, baik di dunia maupun di akhirat. Di antara ciri hebatnya umat muslim adalah yang paling bertakwa, yang paling baik akhlaknya, dan yang paling banyak manfaatnya bagi manusia.
Namun sebelum itu, kita perlu menempuh empat proses untuk mengarahkan masing-masing pribadi agar mencapai kehebatan seorang muslim. Diantaranya sebagai berikut.
Pertama, memiliki integritas keilmuan. Ilmu pengetahuan dan kecerdasan adalah modal pertama dan paling utama yang harus dimiliki oleh setiap pribadi, khususnya umat muslim. Setip manusia adalah pribadi yang diberi kedudukan yang paling tinggi sebagai khalifah Allah di bumi, yang harus mengolah bumi ini sesuai dengan tuntunan-Nya. Untuk mengolah bumi yang diamanatkan oleh Allah itu, maka setiap manusia harus memiliki ilmu pengetahuan dan kecerdasan.
Ilmu menjadi syarat yang sangat penting yang harus dipenuhi oleh setiap manusia. Tidakkah kita ingat, ketika Adam as. telah diciptakan oleh Allah sebagai khalifah Allah yang pertama di bumi, hal paling utama yang dianugerahkan Allah kepadanya adalah ilmu pengetahuan. Ini bekal yang paling pertama yang harus dimiliki oleh Adam agar Adam dapat menjalani kehidupan dunia ini dengan baik dan menjalankan tugasnya sebagai khalifah itu dengan baik.
Allah telah menggambarkan hal ini dalam QS. Al-Baqarah [2]: 31,
وَعَلَّمَ اٰدَمَ الْاَسْمَاۤءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلٰۤىِٕكَةِ فَقَالَ اَنْۢبِـُٔوْنِيْ بِاَسْمَاۤءِ هٰٓؤُلَاۤءِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
"Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!”
Selanjutnya...
Kedua, memanifestasikan ilmu amaliah, amal ilmiah. Berikutnya, yang harus dibangun untuk mencetak pribadi muslim yang hebat adalah kemampuan untuk beramal, berkarya, dan mewujudkan teknologi yang berguna untuk kehidupannya.
Setiap pribadi muslim tidak hanya dibangun untuk memiliki pengetahuan yang luas dan dalam dengan kecerdasan yang tinggi, tetapi juga yang harus dibangun adalah kemampuannya untuk beramal yang salih, mengamalkan, dan menerapkan ilmunya untuk kemaslahatan kehidupan manusia. Pada beberapa ayat di dalam Al-Qur’an, Allah selalu menggandengkan istilah iman dan amal dalam satu rangkaian, seperti yang tergambarkan di dalam QS. Al-Ashr [103],
Artinya sebagai berikut. "(1.) Demi masa. (2.) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, (3.) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.".
Ilmu Amaliah, Amal Ilmiah memiliki makna bahwa kita harus mengamalkan ilmu yang kita miliki dan amal yang kita lakukan berdasarkan pengetahuan (ilmu) dengan kandungan keilmiahan yang ada padanya. Seperti analogi ilmu tanpa amal bagai pohon tanpa buah. Amal tanpa ilmu bagai buah tanpa pohon.
Ketiga, mampu menjaga hubungan baik dengan sesama makhluk. Poin ketiga, seorang muslim hebat harus memiliki kemampuan menjaga hubungan yang sangat baik dengan sesama. Manusia secara fitri adalah manusia sosial, yang harus hidup bersama, berkerja sama dengan pihak lain. Hal ini, seperti dinyatakan oleh Allah di dalam QS. Al-Hujurat [49]: 13,
Artinya seperti berikut. "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."
Selanjutnya...
Keempat, mampu menjaga hubungan haik dengan pencipta-Nya. Umat muslim yang hebat juga harus mampu menjaga hubungan yang baik dengan penciptanya, yaitu Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Kemampuan menjaga hubungan baik dengan Tuhannya adalah dengan sikap takwa kepada-Nya. Allah telah memerintahkan setiap manusia untuk bersikap takwa kepada-Nya. Salah satu ayat yang menggambarkan tentang hal itu adalah QS. Ali Imran [3]: 102,
Artinya sebagai berikut. "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam."
Prinsip takwa yang diperintahkan itu harus diimplementasikan dalam segala aspek dan suasana kehidupan. Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa salam pernah menyampaikan sebuah pesan penting kepada Mu’adz bin Jabal, ketika beliau meminta nasihat dari Rasulullah.
Hal ini digambarkan di dalam hadis riwayat Ahmad sebagai berikut. Dari Mu’adz bin Jabal, dia berkata: Ya Rasulullah, berilah wasiat kepadaku. Nabi berkata: "Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada." Dia meminta lagi: tambahkan lagi untukku ya Rasulullah. Nabi menjawab: "Ikutkanlah kesalahan (yang telah kamu lakukan) dengan kebaikan, agar kebaikan itu menghapus kesalahanmu." Dia meminta lagi: "Tambahkan lagi untukku, ya Rasulullah." Nabi menjawab: "Bergaullah dengan semua orang dengan pergaulan yang baik." (HR. Ahmad).
بارك الله لي ولكم فى القران العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من الأيات والذكر الحكيم وتقبل مني ومنكم تلا وته إنه هو الغفور الرحيم
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيّدِنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛ أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم. إنَّ اللهَ وملائكتَهُ يصلُّونَ على النبِيِّ يَا أيُّهَا الذينَ ءامَنوا صَلُّوا عليهِ وسَلّموا تَسْليمًا اللّـهُمَّ صَلّ على سيّدِنا محمَّدٍ وعلى ءالِ سيّدِنا محمَّدٍ كمَا صلّيتَ على سيّدِنا إبراهيمَ وعلى ءالِ سيّدِنا إبراهيم وبارِكْ على سيّدِنا محمَّدٍ وعلى ءالِ سيّدِنا محمَّدٍ كمَا بارَكْتَ على سيّدِنا إبراهيمَ وعلى ءالِ سيّدِنا إبراهيمَ إنّكَ حميدٌ مجيدٌ . اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ . اللَّهُمَّ اغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَ ذُنُوْبَ وَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا