Tenaga Medis di Gaza Kelelahan

Kemenkes Palestina desak dunia internasional kirim bantuan tenaga medis

AP Photo/Hatem Ali
Anak-anak Palestina yang terluka akibat serangan Israel menangis di luar rumah sakit di kamp pengungsi Rafah, Jalur Gaza selatan, Kamis, 12 Oktober 2023.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kementerian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza telah menyerukan negara-negara di seluruh dunia untuk mengirimkan tim medis sukarelawan ke daerah kantong yang terkepung itu. Bantuan tenaga medis ini sangat mendesak untuk meringankan staf medis di Gaza yang kelelahan.

“Tenaga medis profesional dengan segala spesialisasi sangat dibutuhkan. Tim medis kami sekarang menjadi martir atau kehilangan tempat tinggal," ujar juru bicara Kementerian Kesehatan, Ashraf Al-Qudra, dilaporkan Anadolu Agency, Senin (16/10/2023).

Sebelumnya Kementerian Kesehatan mengimbau warga untuk mendonorkan darah di semua rumah sakit di Jalur Gaza. Karena meningkatnya jumlah orang yang terluka dalam serangan Israel.  Kementerian Kesehatan memperingatkan bahwa rumah sakit dan kemampuan mereka dalam menghadapi pemboman Israel akan runtuh.

Menteri Kesehatan Palestina, Mai Al-Kaila menggambarkan situasi kemanusiaan dan medis di Jalur Gaza sebagai bencana. Dia memperingatkan, jika hal ini dibiarkan terus maka layanan medis akan runtuh.

“Pemerintah Israel (masih) menolak mengizinkan konvoi bantuan memasuki Gaza," ujar Al-Kaila.

Kementerian Kesehatan pada Senin mengatakan, setidaknya 2.750 warga Palestina telah meninggal dan 9.700 lainnya terluka dalam serangan udara Israel di Gaza sejak 7 Oktober Israel bersiap untuk melancarkan invasi darat ke Gaza. Israel telah memanggil sekitar 360.000 tentara cadangan, dan telah menempatkan diri di sepanjang perbatasan Gaza. Israel juga memulai latihan yang akan menjadi kampanye luas untuk membubarkan kelompok perlawanan Palestina, Hamas.

Para pejabat Israel tidak memberikan jadwal kapan serangan darat akan dimulai. Menurut kelompok bantuan, serangan darat Israel dapat mempercepat krisis kemanusiaan di wilayah Gaza.

Lebih dari 100 truk yang membawa bantuan kemanusiaan sedang menunggu masuk di perbatasan Rafah pada Senin menyusul laporan bahwa gencatan senjata antara Israel, Mesir, dan PBB akan segera berlangsung. Namun, pejabat Hamas Izzat El Reshiq mengatakan kepada Reuters, menepis laporan tentang pembukaan perbatasan Rafah dengan Mesir atau gencatan senjata. Israel juga mengeluarkan pernyataan yang menyangkal bahwa gencatan senjata sedang berlangsung di Gaza selatan.

Perang Palestina-Israel terbaru dimulai pada Sabtu (7/10/2023) ketika Hamas memulai Operasi Badai Al-Aqsa terhadap Israel. Hamas melancarkan serangan mengejutkan dengan menembakkan ribuan roket dan infiltrasi ke Israel melalui darat, laut, dan udara. Hamas mengatakan, serangan ini merupakan tanggapan keras atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur oleh pemukim Yahudi, dan meningkatnya kekerasan pemukim Israel terhadap warga Palestina. Israel dibuat kewalahan dengan operasi mendadak Hamas yang menggunakan taktik jenius.

Menanggapi tindakan Hamas, militer Israel melancarkan Operasi Pedang Besi di Jalur Gaza. Serangan udara Israel menghancurkan rumah warga sipil Gaza, gedung perkantoran, dan fasilitas publik seperti sekolah. Ribuan warga sipil Gaza, termasuk anak-anak meninggal dunia. Respons Israel meluas hingga memotong pasokan air dan listrik ke Gaza, yang semakin memperburuk kondisi kehidupan di wilayah yang terkepung sejak 2007.

Israel telah memerintahkan evakuasi warga Palestina ke Gaza selatan. Namun di tengah perintah evakuasi itu, pengeboman terus berlangsung hingga Gaza selatan yang dinilai cukup aman. Warga Palestina di Gaza terjebak dalam pemboman Israel. Sementara rumah sakit kewalahan menerima korban luka maupun meninggal dunia akibat serangan Israel. Ditutupnya perbatasan Rafah menyebabkan pasokan obat-obatan semakin menipis.

Baca Juga


sumber : Reuters / AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler