Kementan: Inovasi Riset Perlu untuk Intensifikasi Hasil Panen

Penyediaan beragam bibit unggul BRIN sesuai dengan karakteristik lokasi tanam.

Republika/Wihdan Hidayat
Petani merontokkan gabah secara manual saat panen padi IR 64 di kawasan Minggir, Sleman, Yogyakarta, Senin (16/10/2023). Pada musim panen akhir tahun ini membawa kabar baik bagi petani di Yogyakarta. Pasalnya, tingginya harga gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG) saat ini di tingkat petani. Untuk harga GKP mencapai Rp 6.700 per kilogram dan untuk harga GKG sebesar Rp 7.700 per kilogram. Sementara untuk HPP gabah GKP sebesar Rp 5 ribu per kilogram dan GKG sebesar Rp 5.100 per kilogram. Harga ini diprediksi masih bisa naik jika musim hujan terlambat dan baru terjadi pada tahun depan.
Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) mengatakan inovasi dalam riset pertanian sangat diperlukan untuk mengintensifkan hasil panen sekaligus membangun ekosistem pangan yang kuat dan berdaulat di tengah kondisi alam yang kian dinamis.
 
Untuk itu, Pelaksana Tugas Menteri Pertanian (Plt. Mentan) Arief Prasetyo Adi menerangkan pihaknya terus menjalin kerjasama dengan kementerian dan lembaga lain yang terkait agar senantiasa ada perbaikan terhadap hasil panen dalam negeri, baik untuk tanaman hortikultura, tanaman pangan, perkebunan, maupun peternakan.
 
"Jadi kami mengajukan kolaborasi dengan BRIN untuk meningkatkan kualitas pertanian di Indonesia sehingga terhitung hari ini ada beberapa bantuan yang kami minta kepada BRIN dalam hal inovasi riset," ujar Plt. Mentan Arief Prasetyo di Jakarta, Selasa (17/10/2023).
 
Arief mencontohkan beberapa bantuan itu salah satunya terkait inovasi riset untuk peningkatan hasil panen padi sehingga bisa mencapai 10-12 ton per hektare dari yang semula hanya mampu memproduksi 5,24 ton per hektare. Bantuan lainnya ialah penyediaan beragam bibit unggul yang sesuai dengan karakteristik lokasi tanam.
 
Selain itu, ia juga menyebut terkait inovasi riset dalam peternakan yang dapat mempercepat pertumbuhan ternak lewat perbaikan kualitas pakan sehingga pertambahan bobot badan harian (ADG) pada mayoritas ternak dapat mencapai 1,5 kilogram per hari.

Pada kesempatan yang sama, ia mengatakan pihaknya bersama BRIN juga mulai memikirkan inovasi riset berkenaan dengan teknologi pasca panen. Hal tersebut dimaksudkan untuk menambah ketahanan kualitas hasil panen selama proses distribusi sehingga tidak banyak produk yang terbuang dan harga jual tidak menjadi jatuh.
 
"Kami juga mulai memikirkan teknologi yang bisa mengurangi jumlah food loss and waste atau sampah makanan yang terbuang hasil produksi dalam negeri yang jumlahnya mencapai 31 persen per tahun," kata Arief.

Baca Juga


sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler