Bintang Liverpool Mohamed Salah Desak Akses Bantuan Kemanusiaan ke Gaza Segera Dibuka
Mohamed Salah merilis sebuah pesan video di akun media sosialnya soal Palestina.
REPUBLIKA.CO.ID, LIVERPOOL -- Bintang Liverpool, Mohamed Salah, berharap konflik yang sedang memanas antara Israel dan Hamas segera diakhiri. Ia meminta akses bantuan kemanusian ke Gaza, Palestina, bisa sepenuhnya dibuka.
Salah merilis sebuah pesan video di akun media sosialnya. Ia sempat dikritik karena dinilai diam melihat apa yang terjadi di Timur Tengah. Kritikan terhadapnya muncul dari negaranya sendiri, yakni Mesir.
Menurut ESPN, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan, setidaknya 3.478 warga Palestina meninggal dunia. Kemudian sebanyak 12.065 lainnya terluka. Ini karena mendapat serangan udara Israel.
Sebelumnya, pada 7 Oktober 2023 lalu, Hamas menyerbu kota-kota di Israel. Aksi tersebut menewaskan 1.400 jiwa dan menyandera ratusan orang. Sejak saat itu, konflik terus memanas.
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden mengunjungi Israel dalam misi mendesak agar peperangan ini tidak berkembang menjadi konflik regional yang lebih luas. Pada Rabu (18/10/2023), malam, Kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menyebutkan bantuan kemanusian terbatas akan diizinkan masuk ke Gaza dan Mesir, menyusul permintaan dari Biden.
"Tidak selalu mudah untuk berbicara di saat seperti ini. Terjadi terlalu banyak kekerasan dan kebrutalan yang memilukan. Semua kehidupan adalah sakral dan harus dilindungi," kata Salah dikutip dari ESPN, Kamis (19/10/2023). "Pembantaian harus dihentikan, keluarga-keluarga terpecah belah. Sekarang, yang jelas, bantuan kemanusiaan ke Gaza harus segera diperbolehkan. Orang-orang di sana berada dalam kondisi mengerikan."
Banyak penggemar sepak bola dari Mesir mengkritik Salah selama sepekan terakhir. Penggemar meminta ia seharusnya berbicara membela warga Palestina. Beberapa memulai kampanye untuk berhenti mengikutinya di media sosial.
Kritik terhadap Salah meningkat tajam ketika terjadi ledakan di rumah sakit di Gaza. Insiden tersebut menewaskan ratusan warga Palestina pada Selasa (17/10/2023). Hamas dan Israel saling menyalahkan, melempar tanggung jawab.
"Pemandangan di rumah sakit tadi malam sangat mengerikan. Masyarakat Gaza sangat membutuhkan makanan, air, dan pasokan medis. Saya menyerukan kepada para pemimpin dunia untuk bersatu mencegah pembantaian lebih lanjut terhadap jiwa-jiwa yang tidak bersalah. Kemanusiaan harus menang," tegas penyerang sayap usia 31 tahun ini.