Dukung Israel, Aktivis Pro-Palestina Lauren Booth Minta Justin Bieber Diam

Serangan Israel disebut bukanlah pembelaan diri terhadap Hamas.

AP Photo/Anis Belghoul
Warga Aljazair melakukan aksi solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza setelah ledakan mematikan di rumah sakit Al Ahli, di Algiers, Aljazair, Kamis, (19/10/2023).
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konflik antara zionis Israel dan pejuang Palestina, Hamas, menarik perhatian tidak hanya kalangan politisi tapi juga artis dan selebriti dunia. Salah satu yang ikut bersuara dan mendukung Israel adalah Justin Bieber, sementara sang istri Hailey Bieber justru berdiri di samping Palestina.

Atas sejumlah nama yang mendukung zionis, aktivis pro-Palestina dan Jurnalis Inggris Lauren Booth ambil suara. Menurutnya, Justin Bieber maupun pihak lain yang mendukung Israel tanpa tahu permasalahannya sebaiknya diam.

"Justin Bieber dan orang-orang sepertinya (yang mendukung Israel), sst, diamlah. Jangan buka mulutmu. Bahkan jangan ucapkan kata Palestina. Kata itu tidak akan keluar dari bibir mereka karena mereka tidak memahami situasinya," ujar dia dalam wawancara yang dikutip di akun Youtube Toward Eternity, Kamis (19/10/2023)

Menurutnya, siapa pun yang belum pernah melihat rakyat Palestina dan perjuangan mereka tidak punya hak untuk berkomentar tentang apa yang sedang terjadi saat ini. Orang-orang ini juga disebut tidak tahu tentang penderitaan yang harus dialami oleh masyarakat Al-Quds.

"Jadi kepada selebriti yang tidak mengetahui hal ini luar dan dalam, kepada orang-orang di pub, kepada orang-orang di Barat, mereka yang berbicara melalui internet, melakukan troll, ini bukan waktunya. Diamlah," lanjut Booth.

Ia pun menganalogikan apa yang terjadi di Gaza seperti ketika ia masuk ke rumah seseorang, lalu memukuli pasangannya dan membunuh anak-anak mereka, kemudian mengusirnya dari rumah tersebut. Beberapa tahun kemudian, pemilik rumah ini mendobrak pintu dan mencoba pulang, tetapi ia yang berada di dalam rumah berkata jika bangunan tersebut adalah rumahnya. Maka, siapa yang membela apa di sini?

Baca Juga


Booth menyebut tidak ada pembelaan diri...

Booth menyebut tidak ada pembelaan diri yang ideal ketika sesorang bertahan di tanah orang lain, serta dengan sengaja dan terus-menerus membunuh orang dan merampas hak asasi mereka. Apa yang dilakukan ini bukanlah bentuk pembelaan diri.

"Inilah yang mereka (zionis Israel) inginkan selama ini. Beberapa minggu yang lalu Netanyahu di hadapan dewan PBB dengan peta yang sepenuhnya menghapus kehadiran Palestina," kata dia.

Apa yang Israel sebut sebagai bentuk pembelaan diri atas serangan Hamas merupakan alasan yang dibuat-buat. Tanpa hal ini pun, Booth menyebut mereka telah memiliki rencana tersendiri.

Jika melihat kata-kata yang keluar dari media berita Israel maupun politisi Zionisnya, akan terlihat bagaimana mereka mengampanyekan pemusnahan rakyat Palestina, pembunuhan anak-anak Palestina, perampasan tanah dan upaya mendorong atau mengusir mereka ke Mesir.

"Agenda mereka sangat, sangat jelas. Itu bukan pembelaan diri. Itu adalah pembersihan etnis. Itu adalah depopulasi," ucap Booth.

Wanita yang memegang paspor VIP Otoritas Palestina ini juga menyebut Gaza tidak selayaknya disebut sebagai penjara terbuka. Wilayah itu lebih layak disebut sebagai kamp konsentrasi.

Sebagaimana definisi penjara...

Sebagaimana definisi penjara, itu adalah tempat para penjahat ditahan. Ketika Gaza disebut sebagai penjara, berarti semua orang yang ada di dalamnya adalah penjahat Palestina. Padahal, mereka tidak pernah melakukan kejahatan dan tidak bisa dipenjara oleh negara.

Kedua, di dalam lapas setidaknya mereka mendapat makan tiga kali sehari, berhak mendapat pelayanan kesehatan, serta harus mendapat air bersih. Hal penting lainnya adalah mereka mendapat kesempatan dikunjungi saudara atau kerabat dari luar.

"Tak satu pun dari hal ini berlaku bagi masyarakat Gaza, yang selama 16 tahun berada di bawah pengepungan ilegal. Orang-orang tampaknya tidak mengerti apa maksudnya," lanjut dia.

Booth lantas membagikan pengalamannya saat berada di kapal dari Siprus menuju Gaza, yang harus melalui blokade laut Israel. Hal itu disebut sebagai satu-satunya cara bagi seseorang bisa sampai ke Gaza.

Sementara, bagi pelaut Gaza yang berusaha mengambil kekayaan alamnya secara teratur dibom. Hukum internasional yang ada seolah tidak berguna. Tidak ada cara bagi rakyat Palestina untuk masuk maupun keluar. Tidak ada bandara, sistem kereta api, maupun bus yang dapat membawa mereka berpindah tempat.

"Oleh karena itu, definisi kamp konsentrasi adalah sebuah ruang di mana laki-laki, perempuan dan anak-anak dijejali dalam kondisi tertindas oleh kekuatan eksternal. Hal ini semata-mata karena keyakinan politik, keyakinan agama, pandangan, etnis," ujar Booth.

Terakhir, ia menyebut rakyat Palestina selalu diperlakukan dengan kasar oleh pasukan dan pemerintah zionis Israel. Hal itu pula yang dialami dan dijalani masyarakat Gaza saat ini, ada Yahudi Zionis yang mengebom kamp konsentrasi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler