Israel Tuduh Hamas Miliki Informasi untuk Produksi Senjata Kimia

Menurut Israel, informasi tersebut disalin dari kelompok Alqaeda.

AP Photo/Nariman El-Mofty
Presiden Israel Isaac Herzog menuduh Hamas berencana menggunakan senjata dengan kandungan sianida terhadap warga di negaranya.
Rep: Kamran Dikarma Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Presiden Israel Isaac Herzog menuduh Hamas berencana menggunakan senjata dengan kandungan sianida terhadap warga di negaranya. Dia mengklaim Hamas memiliki informasi tentang membuat senjata kimia.

Baca Juga


Dalam sebuah wawancara dengan Sky News yang ditayangkan pada Ahad (22/10/2023), Herzog memperlihatkan isi materi dari drive USB yang ditemukan pada salah satu anggota Hamas yang tewas ketika melakukan operasi infiltrasi ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu. Dia mengungkapkan, dalam drive USB tersebut terdapat informasi rinci mengenai cara membuat senjata kimia.

“Termasuk instruksi yang tepat untuk mempersiapkan perangkat untuk menyebarkan agen sianida,” ucapnya.

Menurut Herzog, informasi dalam drive USB itu diperoleh dan disalin dari kelompok Alqaeda. “Ini materi Alqaeda, materi resmi Alqaeda. Saat berhadapan dengan ISIS, Alqaeda, dan Hamas, inilah yang kami hadapi. Dan di materi ini ada instruksi bagaimana cara membuat senjata kimia,” ujarnya.

Hamas belum memberikan tanggapan resmi atas klaim Herzog. Pada Ahad lalu, Herzog juga menemui 80 perwakilan keluarga yang anggotanya diculik dan disandera oleh Hamas.

“Kami di sini untuk membantu, merangkul, memperkuat, mendukung, dan memikirkan solusi bersama. Kita menghadapi tantangan nasional, dan ini merupakan tantangan yang sangat besar. Hal ini menuntut kita untuk bertindak dengan tenang dan bertanggung jawab,” ucap Herzog.

“Sebagai presiden Israel, saya berjanji kepada Anda untuk melakukan segalanya untuk membawa pulang orang-orang yang Anda cintai – itulah tujuan utama dari sudut pandang saya,” tambah Herzog. 

Saat melakukan operasi infiltrasi ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu, Hamas turut menculik sejumlah warga Israel. Meski belum ada angka terverifikasi, Hamas diperkirakan menyandera sedikitnya 212 warga Israel.

Pekan lalu, Hamas membebaskan dua warga AS, yakni seorang ibu dan putrinya, yang sebelumnya mereka tawan. Hamas menyebut, pembebasan itu dilakukan dengan alasan kemanusiaan sebagai respons atas upaya mediasi yang dijalankan Qatar.

“Sebagai respons terhadap upaya Qatar, Brigade (Ezzedine) Al-Qassam membebaskan dua warga negara Amerika karena alasan kemanusiaan, serta untuk membuktikan kepada rakyat Amerika dan dunia bahwa klaim yang dibuat Biden dan pemerintahan fasisnya adalah salah serta tidak berdasar,” kata Hamas dalam pernyataan yang diunggah di saluran Telegram-nya, Jumat (20/10/2023), dikutip laman Daily Sabah.

Brigade Al-Qassam adalah sayap militer Hamas. Hamas tak menjelaskan kapan dan bagaimana proses pembebasan dilakukan.

Pertempuran terbaru antara Israel dan Hamas pecah pada 7 Oktober 2023 lalu. Hingga berita ini ditulis, serangan Israel ke Jalur Gaza telah membunuh setidaknya 4.651 orang, termasuk di dalamnya 1.756 anak-anak.

Menurut PBB, agresi Israel juga telah menyebabkan lebih dari 1 juta warga Gaza terlantar dan mengungsi. Sementara itu, serangan Hamas ke Israel setidaknya telah menewaskan 1.400 orang. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler