Ini Kesaksian Warga Terkait Kronologi dan Penyebab Kebakaran 38 Hektare TPA Rawa Kucing

Warga tetap bersiaga menjaga rumahnya khawatir ada percikan api menyambar rumah.

Rr Laeny Sulistyawati/ Republika
Mobil pemadam kebakaran bersiaga di sekitar TPA Rawa Kucing yang terbakar di Kota Tangerang, Banten, Senin (23/10/2023).
Rep: RR Laeny Sulistyawati Red: Agus raharjo

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Warga yang tinggal sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing, Kota Tangerang, Banten, Awang (58 tahun) menuturkan kronologi kebakaran yang tengah terjadi di TPA tersebut. Kebakaran ini berawal dari api kecil di klenteng dekat TPA tersebut, Kamis (19/10/2023) siang.

Baca Juga


"Awal kebakaran di klenteng dekat TPA pada Kamis siang. Penyebab kebakaran belum jelas, bisa percikan api dari puntung rokok atau sinar matahari atau yang lain," ujar Awang saat ditemui Republika.co.id, di TPA Rawa Kucing, Senin (23/10/2023) sore.

Namun, dia menambahkan, api yang masih kecil ini didiamkan. Dia menduga warga dekat lokasi kebakaran awal mungkin berpikir api bisa mati setelah ditumpuk dengan sampah basah. Namun dugaan mereka salah dan api ternyata membesar. Api terus membesar dan meluas.

Dia menambahkan, setelah berusaha dipadamkan, api sempat dikira mati pada Sabtu (21/10/2023). Namun, ternyata pukul 10.00 WIB ada angin besar dan kebakaran kembali terjadi. Bahkan, dia melanjutkan api mulai menjalar lagi dan membakar mobil sampah dan motor di lokasi kejadian juga terbakar.

Tak hanya itu, menurutnya sebanyak 20 rumah semi permanen di dekat TPA juga terbakar habis. Beruntung warga yang tinggal di 17 rumah yaitu sekitar 115 orang telah diungsikan.

"Total sebanyak 38 hektare TPA Rawa Kucing yang terbakar dan kalau diklaim padam, saya percaya belum. Itu masih ada bara api di bawah tumpukan sampah, karena kalau api benar-benar mati tidak mungkin ada asap seperti sekarang," katanya.

Apalagi, dia menambahkan, yang disiram air hanya area tertentu saja sementara lokasi yang terbakar luas. Bahkan, dia mengaku bersiaga menjaga rumahnya karena takut ada percikan api ke rumahnya dan tidak ada orang atau petugas yang tahu. Menurutnya, dibutuhkan hujan supaya api bisa benar-benar padam.

Pekatnya asap membuat mata perih, batuk, dan hidung berair...

Berdasarkan pantauan Republika.co.id, api memang sudah tidak terlihat. Namun, asap masih pekat dan membuat jarak pandang terbatas kurang dari 100 meter. Tak hanya itu, pekatnya asap juga membuat mata perih, batuk-batuk, dan hidung berair. Dada juga menjadi sesak jika terlalu lama berada di lokasi kejadian.

Mobil pemadam kebakaran bersama petugas juga terlihat masih ada di sekitar lokasi kejadian. Mobil kepolisian juga masih terlihat diparkir dan mengawasi kebakaran.

Sebelumnya, kebakaran di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing, Kota Tangerang, Banten diklaim jauh berkurang. Tinggal satu zona yang masih mengeluarkan asap per Senin (23/10/2023) siang. "Dari tiga zona yang terbakar, tinggal satu zona yang masih mengeluarkan asap," kata Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Pemerintah Kota Tangerang Mualim kepada Republika.co.id, Senin (23/10/2023).

Jadi, dia melanjutkan, saat ini api diklaim sudah jauh berkurang dan menyisakan asap. Mualim menambahkan, kini sudah masuk proses pendinginan. Untuk memadamkan api, dia menambahkan, sudah ada bantuan water bombing dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan tim Manggala Agni dari Kementerian LHK di Senin pagi.

Tak hanya itu, dia menyebutkan total 534 petugas juga dilibatkan untuk memadamkan api di TPA Rawa Kucing. Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tangerang, Maryono mengatakan, BPBD Kota Tangerang secara total mengerahkan ratusan tim gabungan untuk mempercepat penuntasan pemadaman.

"Berdasarkan skema operasi pemadaman yang akan dilakukan, pada hari ini terdapat dua operasi yang dimaksimalkan, yakni operasi darat bersama Tim Gabungan Pemkot Tangerang dan Tim Manggala Agni KLHK, dan penerjunan water bombing dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)," ujarnya, Senin.

Khusus pada Senin, dia melanjutkan, ada dua operasi yang dimaksimalkan. Yakni, tetap melanjutkan pemadaman operasi darat menggunakan amunisi yang ada, ditambah penerjunan water bombing untuk mempercepat penuntasan pemadaman.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler