4 Cobaan Berat Ini Menjadikan Nabi Muhammad SAW Sosok yang Tangguh
Rasulullah SAW mengalami berbagai cobaan berat sejak kecil
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Allah SWT sangat menyayangi dan mencintai Nabi Muhammad SAW, lebih dari ciptaan-Nya yang lain. Dalam QS Al-Qalam ayat 4 disampaikan:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Meski demikian, tidak berarti Rasulullah SAW tidak diberikan kesulitan atau ujian dalam hidupnya. Bahkan, ujian yang harus dihadapi jauh lebih berat dan susah dari manusia umumnya.
Seorang penulis dan ustadzah bernama Suzana Nabil Saad dalam artikelnya di About Islam menyebut hal ini tampak kontradiktif. Namun, ujian itu memang diberikan sesuai dengan iman seseorang.
Hal ini sesuai dengan HR Bukhari, yang mana kala itu Nabi Muhammad SAW menjawab pertanyaan sahabat tentang siapa yang paling berat cobaannya di dunia. Rasul saat itu menjawab:
الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُككَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ
“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.”
Selain itu dalam QS Al-Baqarah ayat 155 hingga 157 disampaikan sebagai berikut:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَاالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Dalam artikel yang dikutip Republika.co.id, Selasa (24/10/2023), Nabil Saad menulis setidaknya ada empat ujian yang dijalani Rasulullah SAW selama hidupnya. Ujian dan cobaan-cobaan ini membuat sosoknya semakin kuat.
1. Yatim piatu. Kehidupan Nabi Muhammad SAW sejak awal sudah sulit. Ia terlahir sebagai seorang yatim, sementara sang ibunda pun meninggalkannya seumur hidup ketika masih belia.
Meski hidup sebagai seorang yatim piatu sejak kecil, hal ini tampaknya menjadi sebuah berkah tersembunyi. Pengaruh kondisi ini terhadap Rasulullah SAW sungguh menakjubkan.
"Beliau menjadi pribadi yang lebih kuat, baik secara rohani maupun mental, mempersiapkannya untuk misi mulianya sebagai Nabi, yang akan segera datang," tulis Nabil Saad.
2. Ditinggalkan orang terkasih dalam waktu berdekatan.
Usai sang ibunda meninggal, Nabi dirawat oleh sang kakek, Abdul Muttalib. Namun, dua tahun kemudian beliau kembali sebatang kara.
Selanjutnya, Rasulullah SAW pindah ke rumah pamannya Abu Thalib dan mulai bekerja di bidang perdagangan. Dari sini, beliau bertemu dengan calon istrinya, Khadijah.
Segera setelah itu, terlihat bahwa Allah SWT telah memilihnya untuk sebuah misi besar, yaitu Kenabian. Khadijah tetap berdiri di sisinya, tidak hanya menawarkan dukungan emosional tetapi juga dukungan finansial kepada suaminya dan Komunitas Muslim baru.
"Abu Thalib adalah pelindung yang kuat bagi keponakannya dalam menghadapi ancaman keji dari kaum pagan Makkah," lanjut dia.
Sekali lagi, kematian orang-orang terkasih menjadi hal yang lazim di hidup Rasulullah SAW. Secara berturut-turut di tahun yang sama, Nabi kehilangan paman dan istri tercintanya, Khadijah. Terlebih, semua keturunannya meninggal dunia, kecuali Fatimah.
Apakah hal ini lantas membuat Nabi Muhammad SAW menaruh dendam terhadap ketetapan Allah SWT? Sebaliknya, keseimbangan antara menjadi Nabi yang taat dan ayah yang berhati lembut justru termanifestasi dengan indah.
Dalam HR Muslim, setelah kematian keturunannya yang terakhir bernama Ibrahim, Rasulullah SAW berkata, "Air mata berlinang dan hati bersedih, tetapi kami tidak mengatakan sesuatu kecuali yang diridhai Allah. Dengan kepergianmu ini wahai Ibrahim, kami sangat bersedih."
3. Kesulitan di Makkah. Selama 13 tahun pertama hidup Nabi di Makkah, beliau dan para pengikutnya menghadapi banyak penganiayaan. Mereka bahkan tidak diberi makanan dan air, yang mana pada masa kelaparan inilah Khadijah, istri tercinta Nabi, meninggal dunia.
Ketika musuh-musuh Nabi semakin meningkatkan penganiayaan mereka, para sahabat memintanya untuk mengutuk mereka. Namun, Rasulullah SAW menjawab, "Aku diutus bukan untuk mengutuk manusia, tetapi untuk menjadi berkat bagi mereka." (HR Muslim)
"Nabi Muhammad SAW ingin memenuhi misinya meskipun ada kesulitan. Sifat mulianya sangat sempurna," tulis Suzana Nabil Saad.
Baca juga: Alquran Bolehkan Nepotisme dari Kisah Nabi Musa Tunjuk Nabi Harun Asisten? Ini Kata Pakar
Hal ini juga tampak dalam kisah Thaif. Nabi Muhammad SAW dikabarkan pergi mengunjungi desa Thaif, untuk mengajak masyarakatnya masuk Islam. Mereka menolak, bahkan melemparinya dengan batu dan membuatnya berdarah.
Malaikat Jibril mendatangi Nabi dan berkata, "Allah telah mendengar apa yang dikatakan umatmu kepadamu dan bagaimana mereka menolakmu. Dia telah memerintahkan para malaikat di gunung untuk mentaati apapun yang kamu perintahkan.” Malaikat gunung pun memanggil Nabi. Ia menyapa Rasul dan berkata, “Utuslah aku untuk melakukan apa yang kamu inginkan. Jika kamu mau, aku akan menghancurkan mereka di antara dua gunung di Makkah.”
Meski telah diberi izin, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya aku berharap Allah akan mengeluarkan dari pinggang mereka (keturunan) orang-orang yang hanya beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun." (Al-Bukhari)
Di antara kejadian malang lainnya adalah saat Nabi Muhammad SAW berdiri untuk shalat, musuh-musuhnya akan mendekatinya dan bersiul, bahkan bertepuk tangan untuk mengganggunya. Namun Nabi tidak sekali pun menunjukkan permusuhan.
Bahkan ketika Nabi SAW sedang shalat di Kabah dan disaksikan oleh musuh-musuhnya, salah seorang penentangnya meletakkan usus unta yang disembelih di punggungnya saat sujud. Nabi tidak bereaksi dan tetap pada posisi itu. Putrinya, Fatimah, bergegas mengambil kotoran dari punggungnya dan membersihkannya.
Cobaan dan musibah adalah sebuah ujian, sekaligus merupakan tanda kecintaan Allah kepada seseorang. Menurut sebuah hadits sahih, "Sesungguhnya besarnya pahala tergantung pada besarnya ujian, dan jika Allah mencintai suatu kaum, Dia pasti menguji mereka; siapa yang rida maka baginya keridaan (Allah) dan siapa yang murka maka baginya kemurkaan (Allah)." (At-Tirmidzi)
4. Kesulitan di Madinah. Ketika terjadi Perang Uhud, saat musuh Makkah menyerang umat Islam, Nabi Muhammad mengalami luka di kepala dan gigi depannya patah. Ketika darah mulai merembes dari kepalanya, dia mengusapnya dan berkata: "Jika setetes darahku jatuh ke bumi, orang-orang kafir itu akan dibinasakan oleh Allah."
Umar memberitahunya, "Ya Rasulullah, Terkutuklah mereka!" Nabi menjawab, "Aku tidak diutus (oleh Allah) untuk mengutuk. Aku diutus sebagai rahmat." Lalu Rasulullah berkata, "Ya Allah, Bimbinglah umatku!"
Perwujudan lain dari karakter sabar seorang Nabi Muhammad SAW adalah kisah tentang penderitaan yang ditimpakan kepadanya, oleh tetangganya yang Yahudi. Diriwayatkan bahwa salah satu tetangga Nabi SAW adalah seorang Yahudi yang membenci Nabi SAW. Setiap hari dia membuang sampah di jalannya.
Baca juga: Perbedaan Mencolok Antara Miskin dan Kaya dalam Jalani Hisab Amal Kelak di Akhirat
Selama itu, Nabi Muhammad SAW tidak pernah menegurnya. Hingga suatu hari, orang Yahudi itu tidak lagi muncul dan Nabi bertanya tentang kondisinya. Ia pun mendapat informasi bahwa tetangganya sedang sakit.
Mendengar hal ini, Nabi SAW memutuskan untuk memeriksa kondisi dan kesehatannya. Melihat hal ini, orang Yahudi tersebut memeluk Islam.
Hal ini senada dengan ajaran Nabi Muhammad SAW untuk memuliakan tetangga dengan cara tidak mengganggunya dan tetap berbuat baik kepadanya. Barang siapa yang mengganggu tetangganya, maka beliau bukan orang beriman.
Nabi Muhammad SAW bersabda, "Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman." Para sahabat bertanya, "Siapa, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari keburukannya."