Satu-satunya RS Khusus Kanker di Gaza Terpaksa Tutup karena Kehabisan Bahan Bakar

Rumah sakit di Gaza yang tutup bertambah dari 16 menjadi 35 rumah sakit

Fadi Majed via AP
Jenazah yang tergeletak di luar rumah sakit Indonesia setelah serangan udara Israel di kamp pengungsi Jabaliya di pinggiran Kota Gaza, Selasa, (31/10/2023).
Rep: Rizky Jaramaya Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Satu-satunya rumah sakit pengobatan kanker di Jalur Gaza tidak berfungsi lagi setelah kehabisan bahan bakar. Dalam konferensi pers pada Rabu (1/11/2023), Direktur Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina, Subhi Skaik terpaksa mengumumkan penutupan rumah sakit secara resmi karena kehabisan bahan bakar untuk menyalakan generator.

“Kami memberitahu dunia untuk tidak membiarkan pasien kanker sampai pada kematian, karena rumah sakit tidak dapat berfungsi,” ujar Subhi Skaik.

Menteri Kesehatan Palestina, Mai al-Kaila membenarkan pernyataan direktur rumah sakit tersebut. Al-Kaila menambahkan, tutupnya RS Persahabatan Turki-Palestina memperpanjang daftar rumah sakit yang tutup menjadi 16 dari total 35 rumah sakit.

“Kehidupan 70 pasien kanker di rumah sakit sangat terancam. Jumlah pasien kanker di Jalur Gaza adalah sekitar 2.000 orang yang hidup dalam kondisi kesehatan yang buruk akibat agresi Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza dan pengungsian dalam jumlah besar,” ujar al-Kaila.

Kelompok perlawanan Palestina, Hamas melancarkan serangan mengejutkan ke Israel selatan pada 7 Oktober 2023. Israel mengklaim serangan itu menewaskan 1.400 orang. Israel kemudian merespons dengan memberlakukan blokade total terhadap Gaza, termasuk pengeboman besar-besaran, dan operasi darat.

Israel telah berjanji untuk memusnahkan Hamas.  Namun kondisi kemanusiaan yang menyedihkan telah menimbulkan kekhawatiran besar di seluruh dunia karena makanan, bahan bakar, air minum dan obat-obatan semakin menipis. Sementara rumah sakit kesulitan untuk merawat para korban. Jumlah kematian di Gaza akibat pengeboman Israel mencapai 8.796 orang, termasuk 3.648 anak-anak.

Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengatakan, serangan mematikan terhadap kamp pengungsi Jabalia di Gaza merupakan akibat dari kegagalan komunitas internasional menekan Israel agar segera menyetujui gencatan senjata. Dalam sebuah pernyataan pada Rabu (1/11/2023), Kementerian Luar Negeri Saudi mengatakan, kegagalan Israel  mematuhi prinsip-prinsip hukum internasional pasti akan menyebabkan bencana kemanusiaan yang menjadi tanggung jawab pendudukan Israel dan komunitas internasional.

"Hal ini disebabkan oleh kegagalan komunitas internasional dalam memberikan tekanan kepada pasukan pendudukan Israel untuk segera menyetujui gencatan senjata dan gencatan senjata kemanusiaan, sesuai dengan resolusi yang dikeluarkan Majelis Umum PBB pada Jumat lalu (27 Oktober 2023),  yang mewakili konsensus internasional yang luas,” kata pernyataan Kementerian Luar Negeri Saudi, dilaporkan Al Arabiya.

Arab Saudi mengutuk tindakan tidak manusiawi yang dilakukan pasukan Israel terhadap kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza yang terkepung, hingga menyebabkan kematian dan cederanya sejumlah besar warga sipil tak berdosa. Kerajaan Arab Saudi sepenuhnya menolak serangan berulang-ulang yang dilakukan pasukan pendudukan Israel terhadap wilayah sipil, termasuk pelanggaran terus-menerus terhadap hukum internasional dan hukum kemanusiaan internasional.

Pada Selasa (31/10/2023) malam, serangan udara Israel menghantam kamp pengungsi Jabalia yang padat penduduk. Kamp ini menjadi tempat berlindung bagi ratusan warga Palestina setelah terpaksa mengungsi dari rumah mereka. Antara 50 dan 100 warga Palestina gugur dal serangan di kamp Jabalia. Sementaraa lebih dari 150 orang terluka.

Angkatan Darat Israel mengklaim, serangan jet tempur di kamp pengungsi terbesar di Gaza itu telah membunuh seorang komandan Hamas, Ibrahim Biari. “Saya memahami bahwa hal ini juga menjadi alasan mengapa ada banyak laporan mengenai kerusakan tambahan dan korban di pihak non-tempur.  Kami juga sedang menyelidikinya,” kata juru bicara Angkatan Darat Israel, Letnan Kolonel Jonathan Conricus.

Namun, juru bicara Hamas, Hazem Qassem membantah komandan senior mereka berada di kamp tersebut. Qassem menyebut klaim tersebut sebagai dalih Israel untuk membunuh warga sipil.

Israel mengebom kamp pengungsi dengan enam peluru, masing-masing membawa satu ton bahan peledak. Jumlah total korban yang gugur dan terluka dalam serangan udara tersebut diperkirakan mencapai 400 orang

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler