Warga Israel di Kota Eilat Ketakutan Diserang Rudal
Pemberontak Houthi di Yaman menembakkan rudal dan drone dari seberang Laut Merah.
REPUBLIKA.CO.ID, EILAT -- Sirene serangan udara yang tajam terdengar di kota pelabuhan Israel di Laut Merah, Eilat. Jet tempur bergemuruh di atas langit biru pada Sabtu (4/11/2023).
Seorang pria yang membawa anaknya di kereta dorong bayi tidak yakin harus pergi ke mana. Dia bergegas mencari perlindungan di bawah pintu masuk beton sebuah pusat perbelanjaan yang tertutup.
Seorang wanita Rusia dan dua pria Israel berlindung di samping sebuah rumah batu bata yang runtuh dan terlantar. “Ini Yaman,” kata salah seorang pria sambil menunjuk ke langit.
Pria itu mengatakan, Angkatan Udara Israel sedang berusaha mencegat rudal yang ditembakkan di Laut Merah. Suara pesawat yang bergulat dengan ancaman di langit dan kurangnya tempat perlindungan bom sangat kontras dengan kota-kota Israel lainnya, seperti Tel Aviv, yang penduduknya sering menghadapi serangan roket dari Gaza dan sudah terlatih untuk pergi ke tempat perlindungan terdekat dan hingga sistem Iron Dome mencegat proyektil yang masuk.
Di Eilat, risiko datang dari pemberontak Houthi di Yaman yang menembakkan rudal dan drone dari seberang Laut Merah. Rudal dan drone itu berhasil dicegat serta dihancurkan sebelum mencapai sasarannya. Militer Israel mengumumkan peringatan serangan udara telah ditingkatkan pada Sabtu pagi setelah sistemnya mendeteksi target mencurigakan yang mendekati wilayah Israel.
Kota Eilat terletak di ujung selatan Israel yang sempit, diapit antara Yordania dan Mesir, dan terletak sekitar 50 kilometer dari Arab Saudi. Kota ini merupakan resor wisata populer dan menjadi rumah bagi warga Ukraina dan Rusia yang meninggalkan negaranya setelah invasi Ukraina dimulai pada 24 Februari 2022.
Di seberang pelabuhan, sebuah bendera besar Yordania terlihat jelas di atas Kota Aqaba, tempat ribuan pekerja pariwisata Eilat berasal. Nacham Naim pindah bersama keluarganya ke Eilat dari rumahnya di dekat Gaza setelah Hamas melancarkan serangan mengejutkan terhadap pos-pos militer Israel dan desa-desa sekitarnya pada 7 Oktober 2023.
Naim kehilangan salah satu sahabatnya...
Naim kehilangan salah satu sahabatnya dalam serangan itu. Serangan tersebut membuatnya sangat trauma. Dia merasa lebih aman di Eilat, tapi masih ada ancaman dari Yaman yang membayanginya.
Kakak perempuannya, Liat Naim, menambahkan, dengan meningkatnya ancaman dari Hizbullah di Lebanon, maka terasa seperti perang regional yang lebih besar. Israel dikelilingi oleh aktor-aktor yang bermusuhan.
“Anda bisa merasakannya di dalam hati Anda, perang ini akan berlangsung lama," ujar Liat Naim, dilansir Aljazirah, Ahad (5/11/2023).
Sementara itu, Hea datang ke Eilat untuk memberikan rasa aman bagi anak-anaknya yang keras mendengar peringatan sirene serangan udara terus-menerus di sekitar rumah mereka dekat Jalur Gaza. “Saya juga tidak aman di sini. Anda bisa lihat, Yaman menyerang di sini, tidak ada tempat yang aman," ujarnya.
Untuk saat ini, risiko terhadap kota tersebut dapat diabaikan dibandingkan dengan tempat lain di Israel. Karena roket yang ditembakkan dari Yaman memerlukan waktu lebih dari satu jam untuk mencapai sasarannya. Kapal perang AS di Laut Merah dan angkatan udara Israel memiliki banyak peluang untuk menembak jatuh mereka.
"Risikonya mungkin rendah saat ini, sambil mengangkat bahu, tetapi jika Hizbullah menyerang di utara sementara Yaman menyerang pada saat yang sama, hal ini bisa menjadi bencana bagi negara tersebut," ujar seorang pria berambut putih dengan pistol diikatkan di pinggulnya dan bendera Israel tertempel di lengan kausnya, yang tidak ingin disebutkan namanya, dan sedang mengoperasikan jembatan gantung vertikal di pusat kota.