Orang Tua Prank Anak Jadi Tren di Medsos, Ahli Ungkap Risikonya

Prank bisa menyebabkan tekanan emosional yang signifikan pada anak-anak.

Freepik
Memecahkan telur
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah tren prank yang viral di media sosial dinilai mengkhawatirkan karena melibatkan anak-anak. Meski pelaku prank adalah orang tua, dampak buruk yang timbul dari prank tersebut tetap bisa dirasakan oleh anak-anak.

Baca Juga


Di TikTok misalnya, ada sejumlah tren prank viral yang melibatkan orang tua dan anak dan dinilai mengkhawatirkan. Berikut ini adalah beberapa tren prank yang sempat populer dalam kurun waktu beberapa tahun ini.

1. Grinch Prank, yaitu tren yang dilakukan saat sebuah keluarga sedang berfoto bersama. Di sela-sela sesi foto, "monster" akan muncul dan berusaha untuk menakuti anak-anak. Fotografer lalu akan mengabadikan reaksi anak-anak yang ketakutan dalam foto.

2. Ghost Prank, yaitu tren mengerjai anak dengan cara mengunci anak di dalam kamar mandi atau ruang yang gelap. Orang tua lalu menggunakan filter hantu untuk membuat anak mereka menjadi ketakutan dan menunjukkan reaksi yang mereka anggap "lucu", seperti teriak dan menggedor-gedor pintu.

3. Cheese Slice Challenge, yaitu sebuah prank yang dilakukan oleh orang tua dengan cara melempar satu helai keju slice ke wajah bayi. Tindakan ini sering kali membuat bayi merasa kebingungan atau bahkan menangis.

4. Egg Crack Challenge, yaitu tren memecahkan telur mentah dengan cara mengetuknya ke dahi anak. Dalam tren ini, orang tua umumnya berpura-pura mengajak anak untuk masak bersama terlebih dahulu. Lalu saat akan menggunakan telur untuk memasak, orang tua akan dengan sengaja mengetuk telur tersebut ke dahi anak mereka hingga cangkang telur terbuka.

Keempat tren prank ini sangat populer di media sosial seperti TikTok karena sebagian orang menganggapnya lucu. Kemunculan konten prank seperti ini sering kali membuat orang tua lain yang semula hanya menonton jadi tertarik untuk ikut mencoba melakukan prank serupa kepada anak mereka.

Meski sebagian warganet menganggap tren prank pada anak ini lucu, tak sedikit pula yang justru mengecamnya. Kritik ini muncul karena orang tua dianggap dengan sengaja membuat anak merasakan sakit, ketakutan, atau emosi buruk lainnya demi mendapatkan view dan like.

Prank dapat menyebabkan....

 

"Prank bisa menyebabkan tekanan emosional yang signifikan pada anak-anak," ungkap seorang dokter anak yang akrab disapa sebagai Dr Niky, seperti dilansir Yahoo Life pada Senin (6/11/2023).

Tiap jenis prank bisa memberikan efek yang berbeda pada anak-anak. Namun secara umum, prank bisa memunculkan perasaan takut dan cemas yang hebat pada anak, khususnya pada anak yang masih sangat kecil dan tidak memahami bahwa prank yang dilakukan oleh orang tua mereka hanyalah sebuah candaan.

"Sebagian prank juga bisa menyebabkan bahaya fisik secara tidak disengaja," ujar Dr Niky.

Oleh karena itu, Dr Niky mengimbau orang tua untuk bersikap lebih bijak sebelum memutuskan untuk mengikuti tren prank viral di media sosial. Sebelum melakukan prank, orang tua harus memastikan bahwa usia dan sikap anak mereka sudah cukup matang.

Selain itu, orang tua juga harus memastikan bahwa prank yang akan mereka lakukan tidak akan membahayakan fisik anak. Penting juga untuk menjamin bahwa prank tersebut tidak akan memberikan dampak emosional atau psikologis yang buruk pada anak.

Dengan kata lain, orang tua boleh melakukan prank kepada anak selama prank tersebut tidak membahayakan anak dan terjamin keamanannya. Namun akan lebih baik bila beragam tren yang muncul di media sosial dapat disikapi dengan bijak dan dimanfaatkan selayaknya untuk mempererat hubungan dengan anak.

 

Bila tidak bijak dalam bertindak, bukan tidak mungkin tindakan "menghibur" yang dilakukan oleh orang tua bisa mencederai anak. Jangan sampai, ketidakpekaan membuat orang tua menjadi perundung pertama bagi anak mereka sendiri. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler